Rabu 13 Apr 2016 16:00 WIB

Kuartal Pertama Kredit BNI Naik 21,2 Persen

Red:

JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada Kuartal I 2016 mencatat kenaikan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross 2,8 persen (year on year) dengan penyaluran kredit bertumbuh 21,2 persen menjadi Rp 326,74 triliun.

"Penyaluran kredit BNI tetap mengalami pertumbuhan, bahkan hingga double digit, yaitu tumbuh 21,2 persen," kata Direktur Utama BNI Achmad Baiquni, Selasa (12/4). Baiquni mengatakan, tingkat NPL gross BNI pada kuartal pertama tahun ini sebesar 2,8 persen atau naik 0,7 persen dari kuartal IV 2015 yang sebesar 2,1 persen.

Sedangkan, NPL net di kuartal I-2016 sebesar 0,9 persen atau lebih tinggi dibanding setahun sebelumnya sebesar 0,5 persen. Ia mengatakan, salah satu cara BNI untuk menjaga kredit adalah dengan merestrukturisasi sebelum menjadi NPL. Selain itu, juga mengawasi debitur-debitur yang berpotensi bermasalah serta memilih sektor-sektor yang risikonya relatif rendah.

Kemudian pada Kuartal I-2016, kata Baiquni, BNI mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 21,8 persen (year on year/yoy) menjadi Rp 371,56 triliun. Dengan komposisi masih didominasi komponen dana murah sebesar 58,5 persen atau sekitar Rp 217,25 triliun.

Sedangkan, tingkat loan to deposit ratio (LDR) hingga akhir kuartal pertama tahun ini sebesar 88 persen. Sedangkan, tingkat net interest margin (NIM) sebesar 6,1 persen.

Selain itu, total aset perseroan hingga kuartal pertama sebesar Rp 509,09 triliun atau bertumbuh 25 persen. "Tingkat kecukupan permodalan (CAR) tetap terjaga menjadi 19,9 persen. Dan, tingkat coverage ratio menjadi 142,4 persen," ujarnya.

Sementara itu, laba bersih perseroan pada kuartal pertama mencapai Rp 2,97 triliun atau bertumbuh sebesar 5,5 persen (yoy).  "Ini ditopang kinerja fungsi intermediasi yang solid dalam menyalurkan pembiayaan meskipun di saat kondisi perekonomian yang menantang," katanya.

Direktur BNI Herry Sidharta menambahkan, kenaikan rasio kredit bermasalah itu lebih disebabkan memburuknya rasio kredit bermasalah di sektor segmen kecil menengah. "Kalau segmen usaha kecil di sektor ritel perdagangan yang pemberian kredit maksimal Rp 15 miliar " ujar Herry.

Sementara itu, Bank OCBC NISP meluncurkan produk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Kendali di Kantor Cabang Utama Bank OCBC NISP Jl Pemuda, Surabaya, Selasa (12/4). KPR Kendali merupakan fasilitas kredit properti yang di-bundling dengan rekening tabungan nasabah.

Regional Head Bank OCBC NISP Jenny Hartanto menjelaskan, produk KPR Kendali memiliki skema pembiayaan yang fleksibel. Sebab, 80 persen saldo akhir hari tabungan nasabah dapat diperhitungkan untuk meringankan bunga kredit pada hari tersebut.

Menurutnya, semakin besar saldo tabungan, semakin ringan bunga kredit yang akan dibayarkan oleh nasabah. Selain itu, semakin besar saldo tabungan juga dapat memengaruhi berkurangnya jangka waktu KPR. "Sehingga, dengan angsuran bulanan yang sama, pinjaman dapat lunas lebih cepat," kata Jenny seusai peluncuran KPR Kendali.

Bunga KPR Kendali ditetapkan fix rate dalam jangka waktu dua tahun sebesar 9,99 persen. Setelah dua tahun, mengikuti suku bunga pasar yang berlaku. Jenny menyatakan, bunga kredit bisa nol persen asalkan simpanan nasabah sebesar 125 persen dari nilai pinjaman.

Ia mencontohkan, pinjaman untuk pembelian rumah senilai Rp 1 miliar bunganya bisa nol persen jika saldo tabungan nasabah sebesar Rp 1,25 miliar. "KPR Kendali di Surabaya menyasar nasabah-nasabah yang memiliki portofolio simpanan yang cukup besar karena porsi simpanan yang cukup besar dapat membantu meringankan nasabah dalam pembayaran bunga KPR," ucap Jenny.    rep: Binti Sholikah/ c37, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement