Jumat 29 Jan 2016 17:00 WIB

The Boy, Teror Boneka Bocah

Red:

Bocah itu bernama Brahms. Usianya mungkin sekitar delapan tahun. Berwajah pucat dan jarang pula tersenyum. Sehari-hari dia mengenakan baju yang sama berupa setelan jas lengkap dengan dasinya atau baju hangat berwarna abu-abu yang terkesan formal.

Berbeda dengan anak-anak yang sebaya dengannya, dia lebih banyak tinggal di rumah. Bedanya lagi, Brahms bukanlah bocah sungguhan, melainkan sebuah boneka yang menyerupai sosok seorang anak laki-laki.

Kejutan itulah yang diterima Greta Evans (Lauren Cohan) ketika melamar pekerjaan sebagai pengasuh anak umur delapan tahun. Berniat melupakan masa lalu kelam dengan pacarnya, Greta yang berkebangsaan Amerika itu memilih pergi ke sebuah desa terpencil di Inggris.

Greta lantas bertemu dengan calon majikannya, yakni Tuan dan Nyonya Heelshire. Keluarga Heelshire tinggal di rumah besar bergaya kuno dan jauh dari tetangga. Rumah berbentuk kastil, berinterior kayu, pencahayaan minim, plus lukisan keluarga Heelshire adalah kombinasi tepat untuk membangun nuansa horor dalam kediaman pasangan suami istri tua itu.

Greta lantas mengikuti calon majikannya yang menunjukkan isi rumah mereka. Hingga akhirnya, dia diperkenalkan pada Brahms. Greta pun tertawa sinis lantaran yang ia lihat adalah sebuah boneka. Greta menganggap bahwa hal tersebut hanyalah lelucon. Akan tetapi, keluarga Heelshire merasa tidak ada yang perlu ditertawakan karena mereka menganggap boneka Brahms seperti anak mereka sendiri.

Greta akhirnya mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan. Namun, ia harus mengemban tugas memperlakukan Brahms seperti manusia biasa. Ia harus mengganti baju, bermain piano, mendengarkan musik, membacakan dongeng, hingga memberikan ciuman sebelum tidur.

Belum cukup dengan pekerjaan aneh itu, Greta harus berhadapan dengan rencana Tuan dan Nyonya Heelshire yang ingin meninggalkan rumah untuk berlibur. Mereka menitipkan beberapa poin tugas yang harus dikerjakan Greta selama hidup bersama Brahms. "Jika kamu baik kepadanya (Brahms), dia juga akan baik kepadamu," kata Tuan Heelshire berpesan sebelum berpisah dengan Greta.

Rumah besar tua itu menyisakan Greta dan Brahms berduaan. Kejadian-kejadian aneh pun muncul, seperti bunyi dentuman di malam hari, benda yang tiba-tiba berpindah posisi atau hilang, dan kehadiran mimpi-mimpi buruk untuk Greta. Tatapan Brahms dengan matanya yang besar, muka pucat, dan rambut klimis ikut meneror.

Beruntung ada Malcolm (Rupert Evans), seorang kurir langganan keluarga Heelshire, yang sesekali muncul untuk merayu Greta dan menceritakan kisah Brahms yang sebenarnya. Greta akhirnya tahu, ternyata Brahms adalah nama anak keluarga Heelshire yang meninggal karena kebakaran pada usia delapan tahun sekitar 20 tahun yang lalu. Boneka Brahms, kata Malcolm, tiba-tiba muncul dan mengobati kesedihan keluarga Heelshire.

Seiring berjalannya waktu, Greta semakin curiga arwah Brahms telah menghantui rumah dan boneka itu. Ia pun mengajak Malcolm untuk membuktikan kecurigaannya. Greta meletakkan boneka Brahms di lantai dan membuat garis di sekelilingnya. Setelah ditinggal beberapa saat, boneka itu benar-benar berpindah tempat. Terkejut dengan hal itu, Malcolm bercerita kepada Greta. Ketika hidup, Brahms ternyata dikenal sebagai anak yang punya kelainan.

Setelah Chucky dan Annabelle, koleksi boneka horor pun bertambah dengan kehadiran Brahms yang tampil lewat film The Boy.

Sejatinya, ide cerita dan intrik film berdurasi 97 menit itu tidak terlalu menarik dan mengada-ada. Bayangkan, seorang perempuan muda direkrut dua orang tua untuk mengurusi boneka seukuran anak manusia normal. Penonton memang akan dikejutkan dengan twist jelang akhir film. Namun, tampaknya ini kurang cukup membantu mendongkrak kualitas cerita secara keseluruhan.

Untungnya, sutradara William Brent Well menghadirkan deretan aktor dan aktris yang mumpuni. Lauren Cohan yang terkenal karena aktingnya dalam serial televisi "The Walking Dead" berhasil memerankan karakter Greta dengan sangat baik.

Ia menunjukkan ekspresi sinis, takut, hingga keibuan yang kuat ketika beradu peran dengan seonggok boneka. Film ini pun tidak berlebihan memberikan adegan-adegan yang memacu adrenalin. Adegan-adegan yang mengejutkan bisa dihitung dengan jari, meski ada satu adegan yang mampu benar-benar bikin jantung berpacu lebih cepat.

Satu poin plus adalah film horor ini, yakni film ini jauh dari unsur berdarah-darah dan sadistis. Maka, jika kamu lebih suka menguji nyali tanpa ingin melihat adegan kekerasan yang berlebihan, The Boy bisa menjadi pilihan menarik yang cukup menghibur. rep: Ahmad Fikri Noor, ed: Endah Hapsari

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement