Senin 24 Oct 2016 12:00 WIB

The Accountant, Thriller Penyandang Autis

Red:

Sekilas, pria penyendiri, Christian Wolff (Ben Affleck), tampak seperti akuntan biasa. Sosoknya pun terkesan serius, kalem, dan berkaca mata. Dia bekerja di kantor kecil yang tidak mencolok, di pinggiran kota. Siapa sangka, ia jenius matematika yang dipercaya membereskan pembukuan banyak perusahaan. Para klien berbahaya hingga gembong mafia besar dunia seratus persen percaya kepada sang akuntan.

Padahal, di balik kedok akuntan jenius, ada identitas lain yang ditutup rapat-rapat olehnya. Wolff yang sejak kecil menyandang autisme rupanya menyimpan setumpuk duka masa lalu yang masih sering menghantui.

Hingga pada suatu ketika, sebuah perusahaan bionik menjadi klien Wolff. Saat membereskan pembukuan perusahaan itu, ia berjumpa perempuan unik Dana Cummings (Anna Kendrick) yang bekerja sebagai akuntan di sana.

Selisih neraca jutaan dolar AS hampir diungkap Wolff ketika pembunuhan beruntun terjadi. Mau tak mau, semua itu mengharuskan ia kembali berhadapan dengan banyak konflik dari masa lalunya.

Lewat The Accountant, sutradara Gavin O'Connor dan penulis naskah Bill Dubuque sukses menyajikan film laga yang mendebarkan sekaligus menyentuh hati. Bukan hanya aksi gontok-gontokan para mafia, tetapi juga cerita utama yang menyoal autisme.

Karakter Wolff memang bagai paradoks. Meski mengidap autisme dan sempat dianggap 'masalah' oleh orang tuanya ketika kecil, ia tumbuh dengan kejeniusan otak dan kemampuan bela diri hebat saat dewasa.

Itu semua membuka mata penonton mengenai autisme. O'Connor seperti ingin dengan gamblang menyampaikan, sesungguhnya ada kemampuan dahsyat dalam diri setiap anak dengan kebutuhan khusus. Kehebatan itu hanya perlu ditemukan oleh setiap orang tua. Berkebutuhan khusus bukan berarti anak tidak sempurna, malah justru dapat berkembang cemerlang jika ditangani dengan pola asuh tepat.

Penuh kejutan

Meski ada sejumlah film lain yang mengangkat tema serupa, The Accountant tetap menjadi film memikat. Ada sejumlah kejutan pada plot yang dibuat maju mundur sepanjang durasi film bergenre action thriller tersebut.

Kisah dimulai dengan adegan Wolff kecil dan keluarganya, menyusul perdebatan soal pendidikan yang menjadi konflik awam di setiap keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Kemudian, adegan berlanjut dengan Wolff yang telah dewasa meski potongan memori masa kecilnya masih berlintasan.

Ben Affleck tampak mampu menjiwai perannya sebagai pengidap autis. Tokoh Batman dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice itu bisa menjelma menjadi sosok yang kesulitan bersosialisasi dan kerap menghindari kontak mata saat berbicara. Kesukaan kepada tindakan berulang yang menjadi ciri pengidap autis juga ditunjukkan dalam kebiasaan sehari-hari, termasuk ketika ia mendendangkan lagu kanak-kanak yang sama pada saat tertentu.

Dalam film itu, Affleck beradu acting dengan Anna Kendrick, JK Simmons, Jon Bernthal, Jeffrey Tambor, John Lithgow, dan Cynthia Addai-Robinson. Para tokoh ini tidak selalu terhubung dalam satu adegan, tapi semuanya membangun ketegangan cerita yang terjalin apik.

Sayangnya, tokoh Dana Cummings seperti kurang dioptimalkan menjadi bagian cerita. Karakter yang diperankan Anna Kendrick itu seakan hanya selintas dan sekadar pendukung 'kurang penting' dibandingkan tokoh-tokoh lain.

Padahal, posisi Cummings bisa jadi cukup krusial dalam keseluruhan hidup Wolff. Meski begitu, Kendrick yang memang teruji dalam film komedi bisa menghadirkan kekikukan lucu mengundang tawa untuk menyegarkan film 'serius' ini.

Tiap karakter memang diciptakan dengan dualitas masing-masing dan bukan seperti apa yang tampak dari permukaannya. Ada sisi tak terduga di tiap identitas tokoh yang kadang kontras tapi menarik dieksplorasi.

Salah satunya, tentu saja profesi akuntan yang kesannya membosankan tapi ditabrakkan dengan sesuatu yang sama sekali berbeda. Semua hal dalam film jadi tidak bisa diprediksi, termasuk alur mengejutkan hingga pengujung cerita. Bagi orang awam, kisah fiksi ini bisa jadi dimaknai berat atau malah edukatif. Selain angka-angka rumit dalam praktik akuntan forensik, ada banyak informasi menarik seperti sejumlah sosok terkenal dunia yang ternyata juga berkebutuhan khusus.

Secara keseluruhan, The Accountant adalah media belajar yang tidak menggurui. Ini cocok bagi Kamu yang mencari film dengan aksi laga menegangkan, tapi lengkap dengan unsur humanis dan muatan emosional yang pas.      rep: Shelbi Asrianti, ed: Endah Hapsari

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement