Jumat 24 Apr 2015 13:00 WIB

Menelisik Layanan Transjakarta (Bagian 5): Waktu Tunggu Kian tak Jelas

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Dampak yang dialami penumpang akibat keterlambatan Transjakarta cukup beragam. Ardi Atmaja, setahun belakangan, hanya menggunakan Transjakarta dua kali sepekan. Padahal, sebelumnya setiap hari ia berangkat ke kantornya di daerah Harmoni menggunakan Transjakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Waktu nunggunya tidak jelas. Kadang normal, kadang jarak satu bus ke bus yang di belakang lama banget," ujar Ardi mengeluh, Rabu (1/4).

Karena hal tersebut, ia tidak lagi bergantung sepenuhnya pada Transjakarta dan beralih ke transportasi lain. Keterlambatan yang pernah ia alami akibat ketidakjelasan jadwal Transjakarta membuat kinerjanya di kantor terlihat buruk oleh atasannya.

Ranti Firlianti, penumpang Transjakarta Koridor 4 Pulogadung-Dukuh Atas, mengaku pernah beberapa kali terlambat sampai di kantornya di Sudirman karena ketidakjelasan jadwal Transjakarta. Namun, ia tetap menggunakan Transjakarta karena ia tidak memiliki pilihan lain untuk bisa sampai di kantor.

Sebagai dampaknya, Ranti terpaksa menunda jam pulang. "Kalau biasa jam delapan pagi udah masuk, jam lima sore saya udah bisa pulang. Tapi, karena sampai kantornya telat, misal jam sembilan baru sampai, saya harus pulang jam enam sore," ujar Ranti.

Siti Fatonah mengaku pernah menunggu bus Transjakarta selama dua jam di halte Istiqlal ketika menggunakan Transjakarta koridor 2 Harmoni-Kota Harapan Indah (Bekasi). Siti yang seharusnya menghadiri pelatihan di Kasablanka, Jakarta Selatan, lantas terambat tiba di lokasi pelatihan. Itu pun, setelah turun dari Transjakarta, harus naik ojek lagi untuk mengejar ketertinggalan.

Rina Siswanti biasanya menggunakan Transjakarta koridor 1 Blok M-Harmoni, mengaku kapok naik Transjakarta malam hari. "Kemarin saya masuk kerja shift siang, waktu pulang sampai di halte Dukuh Atas jam 10 malam, terus busnya nggak datang-datang sampai jam 11 malam, ya sudah, saya naik Kopaja 19 saja," kata Rina mengeluh, Kamis (2/4).

Malam itu, Rina mencoba naik Transjakarta, tapi akibatnya ia menghabiskan waktu selama dua jam di jalan. Padahal jika normal, ia hanya perlu waktu satu jam untuk tiba di rumah. Malam-malam berikutnya, Rina memilih naik Kopaja seperti biasanya.

Christian, saat ditemui di halte Dukuh Atas 2, Kamis (2/4), mengaku tidak menggantungkan transportasinya pada Transjakarta. Ia lebih memilih menggunakan motor ke kantornya di daerah Pasar Rumput. Kecuali motornya tidak bisa dipakai, baru ia akan beralih menggunakan Transjakarta.

 

Bagi Christian, saat dia harus memilih naik Transjakarta hari itu, ia sudah pasti akan terlambat sampai di kantor. Pekerjaannya di kantor jadi menumpuk dan ia kehilangan jatah uang makannya sebesar Rp 30 ribu.       

Penumpang Transjakarta lainnya, Endang Nuraini, mengungkapkan bahwa dia jarang naik Transjakarta. Saat ditemui hendak naik Transjakarta koridor 6 Dukuh Atas-Ragunan, Kamis (2/4), ia mengaku memilih naik taksi untuk sampai di kantor dan hanya menggunakan Transjakarta untuk tujuan jarak dekat.

Lailatul Udhiyah, mahasiswi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menggunakan Transjakarta setiap hari dari rumahnya di daerah Warung Buncit menuju kampusnya di daerah Rawamangun. Ia juga sering mengalami keterlambatan karena tidak ada jadwal bus yang jelas. "Kalau saya masuk kuliah pagi jam 08.00 WIB, saya biasanya terlambat. Jadinya saya gak boleh masuk kelas sama dosennya," ujar Laila, Kamis (2/4).

Laila memberi kesaksian, interval kedatangan Transjakarta yang tidak jelas semakin parah saat hujan turun. Sekalinya bus datang, bus tersebut bocor sehingga tidak bisa mengangkut penumpang dengan maksimal, bahkan tidak jarang tidak mengangkut penumpang sama sekali karena bocor parah.

Ranti, Rina, dan Christian sadar bahwa Transjakarta merupakan transportasi murah yang rutenya sudah mencakup hampir seluruh daerah di Jakarta. Menurut Ranti, kelebihan Transjakarta ada pada fasilitas transit ke berbagai koridor dengan sekali bayar.

Ongkos Transjakarta yang lebih murah pada pagi hari, menurut Rina, juga masih menjadi daya tarik Transjakarta. Penumpang hanya membayar Rp 2.000 jika masuk halte sebelum pukul 07.00 WIB.

Walgi Efrian sadar bahwa Transjakarta adalah transportasi murah dan memiliki rute yang jelas. Namun, tanpa tersedianya fasilitas pendukung dan perbaikan sistem dan armadanya, mereka akan berpikir dua kali untuk menggunakan Transjakarta, terutama pada waktu-waktu ramai.

"Kalau orang tahu Jakarta, ke mana-mana pergi bisa alternatif lain, seperti Kopaja dan bus patas. Tapi, kalau orang yang tidak paham Jakarta, Transjakarta itu penyelamat," tutup Walgi, penumpang Transjakarta yang tinggal di Pondok Pinang.

 

Menurut Ratna, Siti, Rina, Christian, Endang, dan Laila, perbaikan pelayanan Transjakarta yang utama adalah penambahan armada. Semuanya berpendapat sama bahwa armada yang banyak akan mempercepat waktu tunggu mereka karena interval bus akan lebih rapat.

 

 "Dengar dari pihak manajemen, bus-bus barunya akan datang sekitar bulan Mei. Mudah-mudahan aja bener, biar cepat ganti bus," ujar Deddy. n c11/c29 ed: muhammad fakhruddin

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement