BEKASI -- Air setinggi dua meter masih menggenangi Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (22/4). Banjir kali ini adalah yang terburuk di Jatiasih dalam puluhan tahun terakhir.
Banjir yang melanda ratusan rumah di kawasan ini disebabkan jebolnya tanggul. Sebagian warga memilih bertahan di rumah ketimbang mengungsi ke posko pemerintah.
Hujan deras yang turun sejak Rabu (20/4) hingga Kamis (21/4) pagi membuat Kali Bekasi-Cikeas meluap. Tanggul pun tak dapat menahan kekuatan air. Sekitar 4.000 kepala keluarga di RW 08, 09, dan RW 10 serta RT 27 di kompleks ini terdampak banjir.
Warga RT 02, RW 08, Nabhan Ahmad (53) mengatakan, ketinggian genangan air berkisar antara 1,5 hingga 2 meter. "Wilayah RW 08 itu yang paling parah karena lokasinya di depan tanggul lama yang belum ditinggikan," katanya kepada Republika, kemarin.
Ia menambahkan, lokasi genangan air terparah di RW 08 berada di RT 01, RT 02, dan RT 03. Pada Kamis (21/4) siang, ketinggian air mencapai empat meter. Luapan air Kali Bekasi masuk dan merendam permukiman lewat bagian tanggul lama yang belum ditinggikan.
Tinggi tanggul lama kurang lebih 2,5 meter. Air limpasan lebih dari setengah meter. Jebolnya tanggul di sisi Kali Bekasi membuat luapan air semakin deras. Nabhan menceritakan, air mulai meluap pertama kali pada Kamis (21/4) pukul 08.00 WIB.
Ketika air pertama kali meluap, Nabhan naik ke atas genting. Sekitar pukul 19.00 WIB, barulah ia ikut petugas evakuasi untuk mencari makan. "Saya turun waktu air mulai surut. Begitu saya sampai sini, air naik lagi sampai sekarang (kemarin)," ungkapnya.
Jaringan listrik di lokasi masih dimatikan. Sebagian warga ada yang tinggal di posko banjir. Namun, lebih banyak lagi yang memilih bertahan di lantai dua rumah masing-masing. Personel gabungan menyalurkan bantuan logistik kepada warga dengan perahu karet.
Personel TNI AD Yonif Mekanis 202 Bekasi, Pramono, mengungkapkan, luapan air Kali Cikeas-Bekasi menyebabkan jebolnya tembok pembatas di salah satu rumah kosong milik warga. Posisi tembok terletak persis di tepi Kali Bekasi tanpa ditopang keberadaan tanggul pembatas.
Menurut dia, tembok jebol pada Kamis sekitar pukul 09.00 WIB setelah debit air Kali Bekasi meluap. "Panjang tembok yang jebol sekitar 25 meter dengan ketinggian tiga meter," katanya.
Rumah itu tidak berpenghuni.
Masih tampak sisa-sisa reruntuhan tembok di lokasi. Selain dari limpasan tanggul lama, luapan air Kali Bekasi juga masuk dari lokasi tanggul yang jebol tersebut. Kondisi itu memperparah banjir. Luapan air Kali Bekasi di Perum PGP datang dua kali.
Setelah banjir pertama pada pukul 09.00, air kembali meluap pada pukul 23.50 WIB. Sejak Jumat (22/4) pagi, kondisi pompa air masih dihidupkan untuk menyedot air yang masih menggenang. Jaringan listrik masih dimatikan.
Warga RT 6, RW 10, Hakirman (52 tahun) mengatakan, rumah tersebut bukan milik warga perumahan PGP. "Punya orang Arab, dia beli kavling di situ.'' Ia menambahkan, posisi tembok sudah rapuh dan condong sejak 2013.
Air surut Sementara, di Jakarta, sejumlah titik yang pada Kamis tergenang, telah surut. Kemarin, genangan di sebanyak 28 dari 30 kelurahan di Jakarta Selatan surut sejak pukul 10.00 WIB. Di Petogogan, misalnya, pada pukul 06.00 WIB air masih setinggi 40 cm.
Menurut Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Selatan Danang Susanto, empat jam kemudian air tak lagi menggenangi kelurahan itu.
`'Bahkan di Rawa Jati, Pengadegan, dan Bukit Duri sudah surut pada pukul 03.00,'' katanya seperti dikutip Berita Jakarta.
Hingga pukul 13.00 WIB, di Jakarta Selatan masih tersisa dua kelurahan yang tergenang, yakni di RT 11, 03, Pondok Labu yang tergenang 20 cm akibat luapan Kali Krukut dan RT 08, 10 Kelurahan Cipulir yang tergenang 20 cm akibat meluapnya Kali Pesanggrahan.
Di sisi lain, 70 petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, membersihkan lumpur dan sampah sisa banjir. Lurah Halim Perdanakusuma, Yuswil Rasyid, mengatakan banjir lebih cepat surut karena ada tanggul.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku, adanya kesalahan manajemen dalam penanganan banjir. Alhasil, sejumlah wilayah di DKI masih terendam hingga Jumat.
Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan, ada ketidaksinkronan pengelolaan saluran air. Dengan demikian, kadang suatu wilayah mengalami genangan akibat buruknya pengelolaan. `'Ini masalah pintu air sajalah. (Jakarta) Barat banjir terus toh kalau hujan merata, tetapi kenapa enggak? Kokmalah pindah ke Gunung Sahari?''
Ahok menyebut, luapan terjadi karena air dibuang ke wilayah itu, padahal seharusnya bisa dibuang ke Pintu Air Pasar Ikan yang kala itu masih berstatus minus 125 cm. Malah, air di paksa dibuang ke Ancol dan Gunung Sahari.
Menurut dia, kedua daerah itu selama ini tak mampu menampung air dalam jumlah banyak.
`'Ancol, Gunung Sahari mana sanggup nampungbanyak air, coba,'' katanya. Ia mengaku menerima laporan bawahannya bahwa pompa di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat rusak.
Sedangkan, di sejumlah wilayah lain, menurutnya, tak lagi mengalami banjir. Ahok juga mengaku kecewa dengan kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Alasannya, BPBD kerap tak melaporkan kepada masyarakat ketika kondisi genangan air sudah surut.
Ahok meminta BPBD aktif mengunduh updateketinggian muka air sekaligus genangan di Ibu Kota. Dengan demikian, data ketinggian air bisa dipantau setiap saat. `'Ngetwitbanjir. Pas udah kagakbanjir, dia kagak ngetwit tuh,'' katanya. c33/c38, ed: Ferry Kisihandi