Foto : Republika/Prayogi
JAKARTA – Pihak kepolisian telah meringkus dua orang yang diduga terlibat perampokan dan pembunuhan keji di Jalan Pulomas Utara,
Pulogadung, Jakarta Timur. Kendati demikian, menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Muhammad Iriawan, masih banyak yang harus digali dari kasus tersebut.
Salah satu yang masih didalami para penyidik Polda Metro Jaya, menurut Iriawan, adalah alasan kawanan perampok menjejalkan penghuni rumah dalam kamar mandi berukuran sempit. Hal ini janggal karena di rumah tersebut ada kamar tidur yang juga sukar dijebol dari dalam. "Di kamar itu ada AC-nya, ada kasurnya, ada kamar mandinya, nggak bisa keluar dari situ rumahnya luar biasa kokohnya," kata Iriawan, di Mapolda Metro Jaya, Kamis (29/12).
Selain itu, kepolisian juga belum menemukan jawaban mengapa kunci pintu kamar mandi tempat menyekap harus dibuang. Serta, mengapa gerendelnya harus dipatahkan.
Yang juga masih diselidiki oleh tim penyidik adalah alasan para perampok menyasar rumah Dodi Triono, seorang arsitek dan kontraktor. Sedangkan, di kiri kanannya juga terdapat banyak rumah mewah.
Dari keterangan salah satu pelaku, kata Iriawan, sasaran rumah mereka pilih secara acak. Tapi, keterangan ini belum sepenuhnya dipercayai penyidik. "Itu yang masih kami dalami dengan tim penyidik," kata dia.
Pembunuhan keji di Pulomas bermula pada Senin (26/12). Saat itu, kediaman Dodi Triono (59 tahun), seorang kontraktor yang beralamat di Jalan Pulomas Utara, Nomor 7A, RT 12, RW 16, Kayuputih, Pulogadung, disambangi sejumlah orang bersenjata.
Para pelaku kemudian menyekap 11 penghuni rumah tersebut dalam kamar mandi berukuran 2 x 1,5 meter. Enam dari para penghuni yang disekap, termasuk Dodi Triono, ditemukan dalam keadaan meninggal. Di antaranya, terdapat remaja dan anak-anak, yakni Dionika Andra Putri (16), Zanette Kalila Azaria (13), dan putri Dodi bernama Dianita Gemma Dzalfayla (9). Kawan bermain Gemma, Amelia Reza Fahlevi (9 tahun), juga ditemukan dalam keadaan meninggal.
Sementara ini, kepolisian menyimpulkan bahwa yang terjadi di rumah Dodi adalah kasus perampokan. Kendati demikian, pihak kepolisian masih mendata barang-barang yang hilang dirampas.
Pada Rabu (28/12) polisi menangkap seorang bernama Erwin Situmorang (ES) dan menembak mati Ramlan Butarbutar (RB) di Bekasi, Jawa Barat. Menurut keterangan kepolisian, mereka adalah dua dari empat orang yang melakukan pembunuhan dan perampokan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menerangkan bahwa Ramlan yang mati kehabisan darah setelah ditembak polisi adalah pemain lama. Ia juga sempat ditangkap saat Tito masih menjabat sebagai kepala satuan reserse di Polda Metro Jaya.
Pada 2015, menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes R Prabowo Argo Yuwono, Ramlan kembali terlacak sebagai pelaku perampokan di rumah seorang warga negara Korea Selatan di Depok, Jawa Barat. "Dia bawa uang Rp 200 juta dan belum ditangkap. Dia DPO Polres Depok. Dengan kejadian ini, pas lah," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, kemarin.
Seorang bernama Alfins Bernius Sinaga (ABS) yang disebut berperan sebagai sopir kawanan perampok juga ditangkap pada Rabu (28/12) malam. Selain itu, pihak kepolisian masih memeriksa seseorang saksi berinisial ROB alias Ucok yang disebut sebagai adik Ramlan.
"Motif kasus di Pulomas murni perampokan, adapun motif pelaku menyekap 11 korban di kamar mandi masih kami dalami dari Ucok dan ABS yang saat ini ada di Polda," ujar Argo.
Ucok digiring ke Polda Metro Jaya lantaran diduga menyembunyikan para pelaku. Sementara ini, status Ucok masih sebagai saksi, tapi tak menutup kemungkinan akan menjadi tersangka jika terbukti terlibat dalam kasus perampokan yang dipimpin kakaknya. "Tersangka ES (Erwin) masih dirawat di RS Kramat Jati, Jaktim, dan belum bisa dimintai keterangannya," kata dia.
Alfins ditangkap di Perumahan Vila Mas, Bekasi Utara. Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Rudy Herianto Adi Nugroho menyatakan petugas terpaksa menembak Alfins lantaran ingin melarikan diri, tapi yang bersangkutan masih hidup. "Kami akan melakukan tindakan tegas dan terukur bagi pelaku yang melawan petugas," ujar Rudy, Rabu (28/12).
Sebelumnya, sempat muncul kesaksian dari keluarga dan pengacara bahwa Dodi Triono adalah salah satu pemenang tender proyek renovasi di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Selatan. Meski demikian, beberapa pihak menyangkal hal tersebut.
Juru Bicara Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto menegaskan, pihaknya sudah mengklarifikasi ke dua pihak, yaitu pelaksana renovasi GBK atau Satgas Infrastruktur Asian Games yang diketuai Imam Ernawi.
Kemudian, saat pemakaman Dodi di Tanah Kusir, dirinya juga mengontak via telepon salah satu direksi PT GBK. Dari keterangan-keterangan itu, diketahui Dodi Triono merupakan salah satu mitra GBK, tapi bukan pemenangan lelang tender renovasi GBK. "Kalau Pak Dodi adalah mitranya GBK sejak 2011. Ada pekerjaan beberapa, tapi tidak ada hubungannya dengan Asian Games, jadi clear tidak ada hubungannya,'' kata Gatot, kemarin.
Sementara itu, lokasi penangkapan di Gang Kalong RT 08/02 Rawalumbu Kota Bekasi, Jawa Barat, masih disegel dengan garis polisi. Hedty (36 tahun), penghuni kontrakan 45 Gang Kalong RT 08/02 Rawalumbu yang bersebelahan dengan lokasi mengatakan, dua pelaku merupakan tamu penghuni kontrakan. "Yang dua nggak kenal, cuma main di sini, malamnya baru datang," kata Hedty kepada Republika, Kamis (28/12).
Hedty mengatakan, Ucok adalah sopir angkot K 11 Bantargebang-Bekasi. Lanjut dia, Ramlan beberapa kali pernah datang ke kontrakan Ucok. Pernah pula tampak bertegur sapa dengan warga. Sementara, ES baru malam sebelum penangkapan itu datang ke kontrakan Ucok.
Menurut Hedty, Ucok selama ini dikenal baik dan ramah. Ia sudah mengontrak selama satu tahun di lokasi. Bila tidak sedang narik angkot, ia sering kumpul-kumpul atau bertamu ke kontrakan warga lainnya. "Baik orangnya, ramah, umurnya sekitar 31 tahun," tutur Hedty. rep: Lintar Satria, Muhyiddin Eko Supriyadi/Kabul Astuti ed: Fitriyan Zamzami