Jumat 30 Dec 2016 16:00 WIB

Indonesia Siap Berlaga di Era Big Data

Red:

Era digital mengantarkan data sebagai komoditas baru bernilai tinggi di dunia. Berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat di dunia maya, terus terkumpul dalam jumlah yang demikian banyaknya, sehingga muncullah istilah big data.

Big Data adalah istilah yang menggambarkan volume data yang begitu besar, baik data yang terstruktur ataupun data yang tidak terstruktur. Setiap postingan kita di media sosial, surat elektronik, termasuk juga foto-foto yang kita unggah, semuanya akan terkumpul di dalam ekosistem big data.

Di tangan para data scientist, data-data ini bisa memiliki ekonomis yang tinggi karena dapat memberikan berbagai insight. Seperti selera pasar di sebuah negara tertentu, profil konsumen, preferensi politik, hingga termasuk juga pola konsumsi suatu masyarakat di kawasan tertentu.

International Business Machines (IBM) Corporation mengungkapkan, dunia memerlukan sedikitnya 4,4 miliar data scientists pada tahun lalu. Namun, hanya sepertiganya saja yang terpenuhi.

Hal ini menandakan, teknologi big data belum terlalu banyak disentuh. Padahal, data scientists sangat berguna dalam berbagai aspek. Misalnya, dari segi bisnis bisa mengetahui minat konsumen, atau untuk kesehatan bisa digunakan dalam memberikan diagnosis kesehatan.

Tapi, hingga saat ini belum semua negara menerapkannya. Akibatnya, big data seperti mengawang karena belum digunakan secara maksimal.

Lambat laun pemanfaatan big data mulai diadopsi dalam seluruh aspek bisnis, termasuk industri digital. Meski penggunaannya baru terasa di permukaan saja.

Big data kini sudah mulai bisa ditemui dalam digital marketing untuk menyasar target konsumen secara lebih spesifik. Tak terbatas dalam marketing semata, hasil dari pengolahan data bisa digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.

Bahkan, bisa pula digunakan para organisasi atau perusahaan, serta individu dalam menunjang aktivitas. Indonesia sudah siap dengan teknologi big data. Sebab, pergerakan hidup di dunia ini sudah paralel," kata Chief Executive Officer (CEO) Databot Regi Wahyu.

Meskipun teknologi big data sudah banyak digunakan di negara maju, dunia paralel tidak membuat Indonesia harus lama beradaptasi. Era digital membuat segalanya menjadi tanpa batas ruang dan waktu.

Apa yang terjadi di Amerika atau Eropa, detik itu pula bisa mengubah dunia digital di negara-negara lain. Terlebih dalam teknologi big data, Indonesia berpotensi memiliki data scientists yang kaya.

Salah satu bentuk nyata contoh pemanfaatan teknologi big data, adalah pengembangan smart city untuk membantu pemerintahan memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Big data juga bisa membantu mengatasi kemacetan di kota-kota besar.

Di luar dari smart city, potensi yang bisa diraih dengan memanfaatkan teknologi yang satu ini masih begitu luas. "Jangan sampai big data hanya menjadi rocket science, hanya disimpan dan mengawang tanpa digunakan secara maksimal," kata Regi.

Big data juga berperan dalam pengembangan bisnis daring. Analisis data bisa digunakan untuk menentukan keinginan konsumen Pengguna internet hampir tak pernah lepas dari ponsel pintarnya.

Kebiasaan mereka berinteraksi melalui media internet akan mampu membuat sebuah grafik data tersendiri. Misalnya, orang penyuka fotografi pasti akan selalu memantau akun-akun fotografi melalui media sosial atau terlibat dalam sebuah forum.

Big data bisa melacak kebiasaan tersebut sehingga marketplace dapat mengetahui keinginan konsumennya. Apabila ada penawaran kamera dengan harga miring, promosi tersebut dapat segera disampaikan kepada konsumen yang lebih terarah dalam bentuk iklan. 

***

Big Data dan Pertahanan Negara

Di era IoT seperti sekarang ini, pemanfaatan big data memang tak dapat terhindarkan. Beberapa prediksi mengatakan, akan ada sekitar satu miliar perangkat yang terkoneksi dan saling terintegrasi dalam beberapa tahun ke depan.

Bendahara Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia atau Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan, penggunaan teknologi big data di Indonesia memang belum banyak. Padahal, Indonesia kini tengah berada di dalam era big data.

Implementasi cloud memang sudah mulai dilakukan banyak perusahaan. Hampir semua lini bisnis mulai melakukan transformasi digital beralih ke platform cloud, termasuk perbankan.

Tapi, di era big data para perusahaan digital seharusnya sudah bisa menempatkan pusat datanya di Indonesia. "Namun, memang industri data center di Indonesia belum berkembang, padahal potensinya besar," kata Hendra.

Apalagi, terkait dengan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang penggunaan data center di dalam negeri yang akan jatuh pada Oktober 2017 mendatang.

Peraturan tersebut membuat institusi perbankan dan finansial harus segera menyiapkan roadmap untuk menyiapkan diri bermigrasi ke cloud. Peraturan ini juga mewajibkan perusahaan penyelenggara sistem elektronik untuk memenuhi beberapa hal.

Salah satunya, kewajiban pihak penyelenggara menempatkan pusat data (data center) dan pusat pemulihan bencana (disaster recovery center) di Indonesia. Situasi yang ada saat ini, perusahaan digital, baik dari kelas startup maupun yang berukuran lebih besar lagi, untuk tidak menempatkan data center-nya di luar negeri.

Alasannya, karena mempertimbangkan keamanan, layanan, dan harga. Industri data center di dalam negeri sudah berkembang cukup baik, mulai dari segi fasilitas hingga kualitas.

Bahkan, data center yang dikembangkan IDPRO sudah melewati sertifikasi khusus sehingga sepadan dengan yang ada di negara lain. Hendra menjelaskan, peraturan pemerintah tersebut sangat baik mengingat Indonesia tengah berada di era big data. "Big data ini sangat mahal dan kaya," kata Hendra.

Langkah pemerintah pun sangat tepat untuk "memaksa" para pelaku industri digital dalam menempatkan pusat data di dalam negeri. Sebab, di masa depan untuk menguasai sebuah negara tidak lagi melalui perang fisik.

Ketika suatu negara mampu menguasai dan mengendalikan big data dari negara lain, negara tersebut sudah masuk dalam zona terancam. Antisipasi tersebut dilakukan dengan memiliki pusat data di negeri sendiri.

Selain mengamankan data, big data yang berada di dalam negeri akan lebih mudah dikelola pemerintahan. Salah satunya, untuk meningkatkan pelayanan publik melalui platform aplikasi dan cloud.

Indonesia siap atau tidak, memang sudah sepatutnya berani mengambil langkah. Bila tidak, efeknya tidak hanya akan tertinggal dari negara yang sudah melakukan transformasi digital terlebih dahulu, tetapi Indonesia juga bisa tergolong ke dalam negara yang lemah dalam mempertahankan data. rep: Nora Azizah  ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement