BAGHDAD -- Kelompok Negara Islam (IS) mengaku bertanggung jawab atas gelombang pengeboman di area Syiah ibu kota Baghdad, Sabtu (19/7). Bom serial tersebut menewaskan setidaknya 27 orang.
IS merupakan nama lain dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka telah menguasai sejumlah kota penting di bagian barat dan utara, termasuk Mosul.
Kelompok radikal Suni itu mengungkapkan, dua ledakan pada akhir pekan lalu merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan kedua aggota mereka, Abu al-Qaaqaa al-Almaani dan Abu Abdul Rahman al-Shami.
Jika melihat nama belakang mereka, pelaku pertama berasal dari Jerman dan kedua berasal dari Suriah. Reuters melaporkan, ledakan pada Sabtu merupakan yang paing mematikan sejak IS merebut Kota Mosul dan bergerak menuju Bagdhad.
Menurut IS, ledakan bom bunuh diri pertama menyasar pos pemeriksaan tempat prajurit, polisi dan relawan Syiah berkumpul. Ledakan lainnya menghantam Kadhimiya, wilayah yang teradap situs suci Syiah. "Operasi yang diberkahi ini mematikan dan melukai 150 lainnya," kata IS dalam pernyataannya. IS juga mengingatkan serangan yang lebih besar. Pada waku yang sama, ledakan bom juga menghantam barat Baghdad.
PBB mengungkapkan, setidaknya 5.576 warga sipil terbunuh di Irak sejak Januari lalu. Lebih dari 1,2 juta orang telah mengungsi tahun ini. Menurut PBB 600 ribu warga Irak mengungsi sejak awal Juni setelah situasi di utara Irak kian memanas.
Kristiani mengungsi
Di Irak, warga Kristen kuno di kota utara Irak, Mosul, akhirnya melarikan diri dan mengungsi dari kota tersebut pada Sabtu. Aljazirah melaporkan warga Kristen diancam kelompok IS untuk pindah agama atau membayar pajak. Jika tidak, mereka bisa dibunuh.
Perintah itu dikeluarkan IS melalui surat perintah setelah pelaksanaan shalat Jumat. Berdasarkan dokumen yang diperoleh Aljazirah, surat perintah itu keluar tak lama setelah pemimpin Kristen setempat tak menghadiri undangan yang disampaikan IS.
Ulama Suni di Arab mengecam aksi IS karena dianggap menyalahi nilai-nilai Islam. Mereka juga tak mengakui kekhalifahan yang didirikan IS. Seorang Uskup Katolik dari Mosul mengatakan, terdapat 150 keluarga Kristen yang mengungsi dan meninggalkan rumahnya dalam beberapa hari ini. Para pemimpin gereja pun telah menyarankan para keluarga yang ingin bernegosiasi dengan militan untuk segera meninggalkan kota tersebut demi keamanannya.
Umat Kristen setempat menggambarkan kondisi ini sebagai sebuah kemunduran yang bersejarah. "Kami telah tinggal di kota ini dan kami mempunyai peradaban selama ribuan tahun dan tiba-tiba sejumlah orang asing datang dan mengusir kami dari rumah kami," kata seorang wanita yang berusia 60 tahun dan ikut melarikan diri ke Hamdaniya pada Jumat lalu.
rep:dessy suciati saputri ed: teguh firmansyah