Kamis 07 Aug 2014 15:14 WIB

Pria Berjanggut Dilarang Naik Bus

Red:

Muslim Uighur di Xinjiang kembali terdiskriminasi. Otoritas di Kota Karamay, utara Xinjiang, melarang warga yang berjenggot panjang, mengenakan niqab (cadar), jilbab, pakaian longgar yang disebut burka, serta setelan dengan lambang bulan sabit dan bintang menaiki bus umum.

Lambang bulan sabit dan bintang merupakan simbol Islam dan kerap muncul di banyak bendera negara. Cina mengatakan, lambang tersebut dipakai oleh kelompok yang ingin mendirikan negara independen bernama Turkestan Timur.

Aturan itu ditujukan untuk meningkatkan keamanan selama perlombaan atletik pada 20 Agustus. Aparat keamanan mengawasi berjalannya aturan tersebut. "Mereka yang tidak mematuhi, terutama kelima kategori penumpang, akan dilaporkan ke polisi," tulis surat kabar milik Partai Komunis, Karamay Daily, Rabu (6/8).

Bukan kali ini saja larangan diskriminatif terhadap Muslim diberlakukan pemerintah di Xinjiang. Sebelumnya, Muslim di Xinjiang dilarang berpuasa Ramadhan. Larangan berpuasa khususnya diberlakukan kepada pegawai negeri sipil serta pelajar dengan alasan kesehatan. 

Tak hanya itu, pejabat juga mendorong Muslimah tidak mengenakan jilbab. Mereka mengatakan mengenakan jilbab bisa menyebabkan kekurangan kalsium atau serangan panas.

"Larangan di Karamay merupakan langkah diskriminasi umum yang menambah konfrontasi antara Uighur dan Beijing," kata juru bicara Kongres Uyghur Dunia (WUC) di pengasingan dalam pernyataannya kepada AFP.

Koordinator umum kompetisi olahraga di Xinjiang Wang Yaqiang mengatakan, larangan itu berlaku di Karamay.

Dia menambahkan, lima jenis penumpang itu juga dilarang memasuki tempat umum di kota. Namun, dia tidak menjelaskan tempat umum yang dimaksud. Xinjiang merupakan rumah bagi mayoritas Muslim Uighur yang keturunan Turki. Kelompok Uighur di pengasingan dan aktivis hak asasi manusia mengatakan, kebijakan represif pemerintah di Xinjiang, termasuk mengontrol Islam, memicu kerusuhan.

"Pejabat di Karamay menerapkan kebijakan terbuka yang rasis dan diskriminatif bagi orang Uighur biasa," ujar Presiden Asosiasi Uighur Amerika yang berbasis di Washington Alim Seytoff melalui surat elektronik.

Kebanyakan perempuan Uighur mengenakan pakaian bergaya kasual seperti perempuan umumnya di Cina. Namun, beberapa juga ada yang mengenakan pakaian panjang yang longgar seperti yang dipakai perempuan di Pakistan dan Afghanistan. Pakaian seperti ini dianggap tidak umum di Xinjiang.

Polisi menawarkan uang bagi warga yang melaporkan informasi mengenai pelatihan terorisme. Tawaran uang juga diberikan bagi mereka yang memberikan informasi tentang warga berjenggot panjang.

Ratusan nyawa melayang dalam kerusuhan di Xinjiang dalam 18 bulan terakhir. Dua pekan lalu, serangan pisau di dua kota di selatan Xinjiang menewaskan sekitar 100 orang. Sebanyak 59 terduga pelaku teror ditembak mati oleh polisi. Belum lama ini, imam masjid di Kota Kashgar yang dianggap pro terhadap Partai Komunis Cina juga terbunuh. Serangan lainnya, termasuk bom bunuh diri di sebuah pasar di Urumqi pada Mei yang menewaskan 39 orang.  Pemerintah Cina selalu menyalahkan separatis Uighur atas beragam insiden kekerasan. 

rep:ani nursalikah/reuters ed: teguh firmansyah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement