Selasa 12 Aug 2014 13:00 WIB

Ukraina Selangkah Lagi Rebut Donetsk

Red:

KIEV — Pasukan Ukraina dalam tahapan terakhir untuk merebut Donetsk dari kelompok perlawanan. Juru bicara militer Ukraina Andriy Lysenko mengatakan, kondisi menguntungkan ini tercapai setelah pasukan perlawanan tercerai-berai.

Donetsk yang merupakan basis kelompok perlawanan akan segera kembali ke pangkuan Kiev. "Kami telah memisahkan Donetsk dengan Luhansk, kota lain yang menjadi basis mereka. Tinggal sentuhan terakhir saja untuk merebut kota itu," kata Lysenko, Senin (11/8).

Pasukan Lysenko berencana membebaskan kedua kota itu. Namun, untuk sementara, Donetsk yang lebih penting untuk dibebaskan terlebih dahulu. Menurut BBC, pada Ahad (10/8), Ukraina menggembur Donetsk dengan artileri. Banyak gedung hancur akibat serangan ini.

Gempuran tersebut membuat kelompok perlawanan panik dan dalam keadaan kacau. Mereka mulai kelelahan. Beberapa hari terakhir, mereka mendesak gencatan senjata. Meski demikian, mereka menegaskan siap bertempur hingga darah penghabisan.

Warga Donetsk semakin menghadapi situasi yang keras dan menakutkan. Mereka berlari menuju ruang bawah tanah dan ruang perlindungan dari ledakan bom saat serangan terjadi.

"Ini benar-benar perang. Tak mungkin lagi hidup di kota ini," kata Inna Drobyshevskaya, seorang warga. Ia telah berada di ruang bawah dalam sepekan ini. Setelah serangan terjadi, sejumlah bus terlihat terbakar api di jalanan. Bangunan rumah penduduk pun rusak parah.

Juru bicara militer Oleksiy Dmytrashkivsky menuturkan, serangkaian serangan berlangsung sepanjang Ahad malam. Sebagian besar peralatan kelompok perlawanan rusak. "Mereka menghadapi situasi yang berat," katanya.

Sekitar 300 ribu dari sejuta warga Donetsk meninggalkan kota tersebut sejak konflik bermula. Sementara, di Luhanks, dalam sepekan ini, warga hidup dalam kegelapan karena aliran listrik terputus. Mereka berupaya mendapatkan makanan untuk mengganjal perut.

Di tengah krisis kemanusiaan di dua kota itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendorong lagi agar dilakukan gencatan senjata. Ini akan membuka kesempatan bagi mengalirnya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

Lavrov membujuk Pemerintah Ukraina, Palang Merah Internasional, dan PBB mengenai misi kemanusiaan itu. Presiden Ukraina Petro Poroshenko bersedia mempertimbangkannya jika dilakukan organisasi internasional dan tak ada pasukan bersenjata.

Negara-negara Barat yang mendukung Ukraina masih ragu dengan tawaran Rusia ini. Mereka menduga aliran bantuan kemanusiaan hanyalah kedok. Ini menjadi menutupi misi sebenarnya mereka, mengirimkan pasukan ke Donetsk. rep:gita amanda/ap/reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement