SRINAGAR – Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi lokasi banjir di Kashmir, Ahad. Jumlah korban jiwa di wilayah India tersebut mencapai 175 orang. Banjir juga mendera Pakistan. Banjir di kedua negara menyebabkan lebih dari 300 orang meninggal dunia.
‘’Ini merupakan bencana tingkat nasional,’’ kata Modi. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Jhelum di Srinagar, kota utama di Kashmir. Banjir terburuk dalam 60 tahun ini menyebabkan desa-desa terendam air dan menghancurkan panen.
Sekitar 2.500 desa dihantam banjir, ada yang sebagian terendam dan sebagian lainnya hanyut sepenuhnya. Ribuan orang yang tak sempat lari dari banjir berada di atap rumah. Mereka menunggu datangnya regu penyelamat yang bisa menjangkau lokasi banjir.
Meski air agak surut pada Sabtu (6/9) sore, banjir tetap berlangsung pada sepanjang malam di Srinagar. Kota ini dihuni oleh 900 ribu orang. Jalan-jalan utama digenangi air, termasuk salah satu bandara Srinagar.
Di Jammu, air sudah menyurut. Sedangkan, situasi di Kashmir memburuk. Pemerintahan Perdana Menteri Modi menyediakan dana 180 juta dolar AS untuk operasi penyelamatan dan santunan kepada korban banjir.
Pemerintah menyediakan 100 ribu selimut, 5.000 tenda, dan 50 ton susu bubuk. Mereka akan didistribusikan kepada para pengungsi yang kehilangan rumah. Sekitar 22 helikopter milik Angkatan Udara dan empat pesawat diterbangkan ke lokasi banjir.
Mereka mengevakuasi warga dan membawa bantuan kemanusiaan. Di sisi lain, 120 unit angkatan bersenjata dan polisi yang dilengkapi perahu dan jaket pelampung menembus banjir. Mereka berusaha menyelamatkan para korban. ‘’Kami telah merelokasi 13 ribu orang dari lokasi-lokasi banjir,’’ kata Rohit Kansal, seorang komisioner untuk Kashmir.
Abdul Aziz, warga Srinagar, tak mampu menyelematkan harta bendanya. Ia mengeluhkan kelambanan pemerintah. ’’Tak ada peringatan apa pun tentang banjir dari pemerintah,’’ katanya. Air banjir memasuki rumahnya pada pukul 04.00 waktu setempat. Sebagian besar tetangganya yang tertidur saat banjir, terperangkap di dalam rumah mereka.
Ghulam Nabi, warga lainnya, menyatakan, dalam usianya yang kini 80 tahun, ia tak pernah melihat banjir seperti ini. Ketinggian air bisa mencapai empat meter. Ia dan tetangganya yang memiliki rumah bertingkat mengamati gerak air dari balkon dan jendela rumah.
Di Pakistan, sebanyak 103 orang di Provinsi Punjab kehilangan nyawa karena banjir. Pejabat senior di Punjab, Ali Imam Syed, mengatakan, lebih dari 5.000 orang dievakuasi sejak Kamis (4/9) lalu. Tiga tentara hilang saat operasi penyelamatan.
Juru Bicara Manajemen Bencana Nasional Pakistan Ahmed Kamal menuturkan, 48 orang meninggal di Kashmir yang masuk wilayah Pakistan. Sementara, 11 orang lainnya menjadi korban tewas di Gilgit Baltistan.
Helikopter dan perahu milik angkatan bersenjata diberdayakan. Dengan peralatan ini, Pakistan menyelamatkan warganya ke lokasi lebih laman di Punjab maupun Kashmir. Banjir telah menggenangi 286 desa di Punjab akibat meluapnya sejumlah sungai di sana.
Naeem Mushtaq, seorang warga, mengatakan, dia dan empat orang lainnya memanjat pohon saat banjir menenggelamkan desanya pada Sabtu. Mereka menunggu banjir surut di cabang pohon selama lebih dari 20 jam.
Banjir telah menyebabkan 4.000 rumah di Pakistan tenggelam dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 95 kamp didirikan untuk menampung para pengungsi. Pakistan dan India mengalami banjir besar setiap tahun.
Pada 2010, banjir bandang mengakibatkan 1.700 warga Pakistan meninggal dunia. rep:ani nursalikah/ap/reuters ed: ferry kisihandi