BAGHDAD — Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi memerintahkan untuk menghentikan serangan udara ke area yang sarat warga sipil, Sabtu (13/9). Ini menyusul semakin luasnya serangan Irak dan AS terhadap posisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pernyataan Abadi seiring upaya penggalangan dukungan aksi militer oleh AS di Irak serta Suriah. Bahkan, Menlu AS John Kerry mendorong Mesir terlibat. Mesir dianggap memiliki peran penting menangani kelompok militan ini.
Foto:Ahmed Jadallah/Reuters
Anggota Parta Pekarja(PKK), saat meninggalkan kamp mereka di Makhmur, Irbil Selatan, Irak, Sabtu (13/9).
Menurut sang perdana menteri, perintah melindungi warga sipil telah dikeluarkan pada Kamis (11/9), sehari setelah ia berbicara dengan Kerry di Baghdad. Para pemimpin suku di kalangan Suni yang meminta penghentian aksi militer di area-area yang dihuni warga sipil.
Permintaan itu merupakan salah satu syarat dukungan terhadap pemerintah Abadi. "Saya memerintahkan angkatan udara menghentikan pengeboman ke area warga sipil meski itu dikuasai ISIS," ujar Abadi dalam akun Twitter-nya.
Herak, kelompok oposisi Suni dan memiliki hubungan dengan kelompok bersenjata, menyambut positif sikap Abadi. Nickolay Mladenov, perwakilan PBB di Irak, juga senang dengan pernyataan Abadi. Ia khawatir dengan keadaan para pengungsi.
"Perlindungan warga sipil dan menjamin keamanan serta keselamatan warga sipil merupakan prioritas PBB," ujar Mladenov. Pada Juni, ISIS berhasil merebut Mosul dan Tikrit. Aksi pembunuhan terhadap warga sipil mengejutkan dunia.
Personel bersenjata ISIS membunuh siapa saja yang dianggap bertentangan dengan pandangan mereka. Korbannya, yakni warga Suni, Syiah, Kristen, Yazidi, dan Kurdi. Barat khawatir warganya yang bergabung dengan ISIS kelak menjadi ancaman saat pulang.
Pada Sabtu (13/9), ISIS kembali memublikasikan eksekusi terhadap warga sipil. Kali ini David Haines (44 tahun) menjadi korban. Lokasi pemenggalan hampir sama seperti dalam video eksekusi terhadap dua jurnalis AS, James Foley dan Steven Sotloff.
Haines yang berasal dari Perth, Skotlandia, diculik tahun lalu saat bekerja untuk lembaga asal Prancis, ACTED. Video pemenggalan Haines berjudul "A Message to the Allies of America" ini dibuka degan pernyataan Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Ia menyatakan soal kerja sama dengan Pemerintah Irak dan pasukan Kurdi, Peshmerga, untuk memerangi ISIS. "Warga Inggris ini harus membayar janji Anda untuk mempersenjatai Peshmerga, Cameron," demikian bunyi pesan dalam video.
Pesan ini disampaikan seorang laki-laki dengan pakaian hitam dan beraksen Inggris. Ia berdiri, sedangkan Haines dalam keadaan berlutut mengenakan pakaian oranye. Dalam video, Haines menyatakan Cameron bertanggung jawab atas eksekusi terhadap dirinya.
Gambar selanjutnya menunjukkan pemenggalan atas diri Haines. Pada akhir video, sandera lainnya, Alan Henning, terlihat. Laki-laki berpenutup muka serta berpakaian hitam menyampaikan peringatan. Henning bakal bernasib sama jika Cameron tetap memerangi ISIS.
Cameron pun mengecam pembunuhan itu. Ini pembunuhan keji terhadap pekerja kemanusiaan. "Kami akan melakukan segalanya untuk memburu para pembunuh ini dan mereka akan menerima ganjaran setimpal," kata Cameron.
Secara terpisah, Australia mengirimkan 600 tentaranya untuk membantu operasi militer memerangi ISIS di Irak. "Pasukan terlebih dahulu menuju Uni Emirat Arab. Kami memenuhi permintaan AS," kata Perdana Menteri Tony Abbott, seperti dikutip BBC, Ahad (14/9).
Abbott menyatakan Irak gembira menerima bantuan semacam ini. Ia berharap dukungan internasional mempercepat pulihnya keamanan Irak. Hampir 40 negara termasuk 10 negara Arab sepakat bersama AS memerangi ISIS. rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: ferry kisihandi