Muslim Australia menjadi target. Kebijakan baru pemerintah memberangus kelompok radikal berdampak buruk pada komunitas Muslim secara keseluruhan. Di sisi lain, kelompok sayap kanan kian mengusik keberadaan Muslim.
Pekan lalu, Australia mengerahkan ratusan polisi melakukan operasi antiterorisme. Mereka menangkap 15 orang di Sydney dan Brisbane yang dituduh terlibat jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ada 60 warga Australia bergabung dengan ISIS.
Sebanyak 20 di antaranya diduga telah kembali ke Australia dan menebar ancaman. Selain operasi antiterorisme, Perdana Menteri Tony Abbott meningkatkan keamanan di gedung pemerintahan, parlemen, dan bandara.
Abbott berkilah tak ada maksud menargetkan Muslim dalam operasi antiterorisme ini. Namun, pengacara kriminal Adam Houda berkata sebaliknya. Kecurigaan yang tinggi menyebabkan Muslim menjadi korban. Ia mencontohkan peristiwa pada Jumat (19/9).
Saat itu, tiga Muslim berjenggot yang menyaksikan pertandingan rugbi ditangkap. Ini bermula dari laporan seorang penonton kepada polisi. Penonton tersebut melihat ketiga Muslim menggunakan telepon genggam mereka secara mencurigakan.
"Fakta objektif dari kejadian ini, mereka ditangkap karena penampilan mereka, berjenggot," kata Houda, seperti dilansir Reuters, Rabu (24/9).
Jika mereka dilaporkan hanya karena penggunaan telepon genggam, jelas Houda, itu sesuatu yang sangat konyol.
Bandara juga merupakan tempat terjadinya diskriminasi terhadap Muslim belakangan ini. Banyak Muslim mengalami pemeriksaan lebih panjang dibandingkan penumpang lainnya. Mufti Australia Ibrahim Abu Mohammad mengungkapkan peristiwa yang dialami seorang imam.
Imam yang akan berhaji itu ditahan selama lebih dari dua jam. Padahal, ia anggota lembaga resmi yang diakui pemerintah, yakni Dewan Imam Nasional Australia (ANIC). Akibatnya, sang imam ketinggalan pesawatnya yang akan ke Arab Saudi.
Menteri Imigrasi Australia Scott Morrison menyatakan, petugasnya berusaha tak mengganggu kenyamanan Muslim yang akan menunaikan haji. Meski demikian, ia tetap menegaskan pemeriksaan keamanan pada penumpang tetap prioritas.
Terkait insiden di bandara, Adam Houda berencana melayangkan gugatan. Ia mewakili 20 orang yang pernah ditahan di bandara dan diinterogasi tentang hubungan mereka dengan terorisme. Perdana menteri, kata dia, selalu menyatakan kebijakannya tak diskriminatif.
"Menurut perdana menteri, Muslim bukanlah target kebijakan antiterorisme, tetapi pada praktiknya, sasarannya 100 persen adalah Muslim," kata Houda. Ini pesan yang tak menyenangkan bagi komunitas Muslim.
Kelak, akhirnya komunitas Muslim Australia terasing. Menurut Houda, kondisi ini justru melahirkan permasalahan baru. Pada Rabu (24/9), Senator Cory Bernardi meminta semua pengunjung gedung parlemen tak boleh menggunakan jubah panjang dan burqa.
Senator Jacqui Lambie melontarkan pemikiran yang sama. Ia mendesak semua orang yang mempraktikkan syariat Islam diusir dari Australia. Kini, hampir 500 ribu dari 23,5 juta warga Australia adalah Muslim. Mayoritas Muslim tinggal di Sydney. rep:ani nursalikah/reuters ed: ferry kisihandi