Rabu 04 Feb 2015 18:23 WIB

AS Persenjatai Pasukan Ukraina

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV — Posisi Pemerintah Ukraina semakin tergerus di Ukraina Timur. Roket separatis melesat pada Senin (2/2), melintasi perbukitan dan menghantam posisi pasukan Pemerintah Ukraina.

Militer Kiev mengatakan, lima tentara mereka tewas dalam insiden. Pemerintah kota di wilayah pemberontak Donetsk diawasi ketat. Pertempuran dilakukan sepanjang malam. Beberapa rumah hancur dan satu orang warga sipil tewas.

Separatis terus menggempur Kota Debaltseve di Donetsk untuk mengusir pasukan pemerintah dari sana. Pinggiran kota, Yenakieve dan Vuhlegirsk, dipenuhi tembakan artileri berat dan peluncur roket seiring memukul mundur pasukan Ukraina.

Pada satu titik, mereka meluncurkan puluhan roket sekaligus dari bukit-bukit menuju Debaltseve. Lima belas menit kemudian, pasukan Pemerintah Kiev balas meluncurkan tembakan.

Di jalan pinggiran Yenakieve, serangan udara mendarat langsung ke apartemen sembilan lantai. Seorang wanita tewas di tempat dan suaminya terluka. ''Kami harus memanjat balkon untuk mengevakuasi korban,'' kata pemilik toko kelontong di gedung tersebut, Anatoly Pomazanov.

Menurutnya, setiap hari insiden penembakan tak pernah berhenti. Anak-anak dievakuasi ke ruang bawah tanah. ''Saya ingin bertanya pada Presiden (Petro) Poroshenko, apakah kami ini orang Ukraina atau target?'' katanya.

Beberapa warga lebih memilih mengepak barang mereka dan mengungsi ke wilayah aman. Namun, seorang lansia berusia 78 tahun, Dmytro Boichuk, mengatakan, sebagian orang sudah kebal dengan suara baku tembak sehingga memilih masih menetap berada di sana.

''Situasi sulit terjadi di sekitar Debaltseve dari pasukan bersenjata ilegal yang terus menyerang posisi militer Ukraina,'' kata juru bicara militer, Andriy Lutsenko. Namun, ia mengatakan, jumlah pasukan cukup untuk mengatasinya dan menyangkal tudingan bahwa mereka terkepung.

Menurut Pemerintah Kiev, Januari adalah bulan paling berdarah sejak konflik tersulut. Juru bicara polisi setempat, Vyacheslav Abroskin, mengatakan, 112 warga sipil terbunuh oleh serangan separatis. Sementara, kantor berita RIA Novosti melaporkan separatis mencatat setidaknya 242 warga sipil telah tewas pada bulan tersebut. 

Beberapa waktu lalu, separatis mengumumkan akan menambah pasukan hingga 100 ribu orang. Hal ini menambah cobaan bagi Kiev. Meski, mereka mengatakan akan meningkatkan jumlah pasukan tambahan hingga 50 ribu orang.

Perkembangan ini menambah keraguan akan kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya dibicarakan antara Ukraina, Rusia, dan separatis di Minsk, Belarus. Setelah separatis dan Pemerintah Ukraina saling tuduh menyabotasi pertemuan, bentrokan semakin sering terjadi hingga kini posisi Pemerintah Ukraina terpuruk.

Laman New York Times melaporkan pada Senin bahwa Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan bantuan untuk mereka. Kabarnya, Washington akan kirim pasukan untuk membantu Pemerintah Ukraina melawan separatis pro-Rusia.

Media AS juga melaporkan pemerintah sedang mencari kemungkinan mengirim senjata dan bantuan letal lainnya. Kabar tersebut belum jelas, namun Juru Bicara Keamanan Nasional Bernadette Meehan mengatakan AS terus membantu Ukraina.

Seperti dikutip laman BBC, Presiden Barack Obama pernah mengatakan AS telah membantu  mempersenjatai militer Ukraina. AS menyediakan peralatan militer nonletal, seperti masker gas dan teknologi radar. Sedanglan, laman CNN melaporkan bentuk bantuan AS bisa berupa peralatan antitank, antiudara, dan sistem antimortir.

''Meski fokus kita adalah melalui solusi diplomatik, kita selalu mengevaluasi setiap pilihan,'' kata Meehan.

Seorang pejabat senior AS yang tak ingin disebut namanya mengatakan, persenjataan mematikan tersebut masih dipertimbangkan. ''Keputusan tak akan diambil hingga Menteri Luar Negeri AS John F Kerry mengunjungi Kiev pada Kamis mendatang,'' katanya.

Kanselir Jerman Angela Merkel lebih memilih mengupayakan pulihnya gencatan senjata. Ia mengatakan tak akan mendukung pasukan militer Kiev melalui pengiriman senjata.

rep: Lida Puspaningtyas reuters ed: Yeyen Rostiyani

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement