Rabu 04 May 2016 11:00 WIB

Venezuela, Negeri Kaya yang Krisis

Red:

Alida Gonzales (65 tahun) kini harus berjuang keras untuk menyediakan makanan di atas meja makan di rumahnya. Melambungnya harga-harga dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok membuatnya harus mengencangkan ikat pinggang.

Gonzales bersama empat anggota keluarganya yang tinggal di wilayah kumuh Caracas, Petare, sekarang bahkan kerap melewatkan satu kali makan per hari. Mereka pun mulai beralih ke umbi-umbian untuk mengganti protein yang terlalu mahal, bahkan tak tersedia.

"Dengan uang yang kami gunakan untuk makan pagi, siang, dan malam, kami sekarang hanya membeli sarapan, itu pun dengan kualitas yang tak terlalu baik," kata Gonzales.

Di meja makannya tampak berisi setengah kilogram ayam, empat potong pisang, minyak goreng, sebungkus kecil nasi, dan sebuah mangga. Keluarga ini tak pernah tahu kapan mereka akan mampu membeli lebih banyak makanan.

Seperti dilansir Aljazirah, di seluruh negara Amerika Selatan yang kaya minyak, pemadaman listrik kronis terjadi, infrastruktur hancur, dan kekurangan bahan kebutuhan pokok membuat tentara dan polisi terpaksa menjaga pasokan makanan. Bahkan, hiperinflasi di Venezuela menyebabkan negara ini kini tercatat sebagai negara dengan kinerja perekonomian terburuk di dunia.

Perekonomian Venezuela 95 persennya bergantung pada sektor minyak. Maka tak heran, pascamenurunnya harga minyak mentah dunia, perekonomian negara ini terguncang, bahkan nyaris runtuh.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, Venezuela sekarang ini sebagai negara dengan tingkat inflasi terbesar di dunia. Mereka memperkirakan, inflasi Venezuela bisa mencapai 700 persen tahun ini.

Berdasarkan survei terbaru dari tiga universitas besar mengatakan, 87 persen dari responden di Venezuela mengklaim pendapatan mereka saat ini tak cukup untuk membeli makanan. Dalam penelitian terhadap hampir 1.500 keluarga, ditemukan meningkatnya persentase orang yang melakukan diet karbohidrat. Bahkan, 12 persen dari responden mengatakan, mereka tak lagi makan tiga kali sehari.

Selama ini, pendukung pemerintah telah lama membanggakan diri bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Nicholas Maduro, banyak pendapatan negara dari minyak disubsidi untuk memberi makan orang miskin selama 14 tahun pemerintahan. Hal tersebut bahkan mengundang pujian PBB kala itu.

Namun, pascaanjloknya harga minyak yang menyebabkan resesi mendalam Venezuela, Maduro menyalahkan krisis ini pada "perang ekonomi". Pemimpin oposisi mencemooh hal itu sebagai alasan.

Menurut kelompok pemantau, upah minimun kini hanya sekitar 20 persen dari biaya makan keluarga beranggotakan lima orang. Padahal, Sabtu (30/4) lalu, Maduro menyatakan telah meningkatkan upah minimum negara hingga 30 persen.

Namun, langkah Maduro meningkatkan upah minimum justru berbuah kritikan tajam. Pemerintah dinilai gagal total membendung inflasi dan resesi yang kian mendalam.

"Penaikkan (upah) yang dilakukan orang ini adalah lelucon. Inflasi meroket!" kata pemimpin oposisi Henrique Capriles di Twitter.

Capriles menambahkan, inflasi bulan Maret Venezuela mencapai 20 persen. Bahkan, sejak Maduro mengambil alih pemerintahan, bolivar telah jatuh 98 persen terhadap dolar di tingkat pasar gelap.

Bagi masyarakat, krisis ekonomi membuat mereka harus berjuang ekstra mendapat kebutuhan pokok dengan uang yang mereka miliki. Salah seorang warga, Jhonny Mendez (58 tahun), mengatakan, antrean yang mengular seakan tanpa ujung di supermarket kerap menjadi pemandangan lumrah di sana.

Mendez mengatakan, antrean biasanya terjadi antara pukul lima pagi hingga tiga sore. Itu dilakukan hanya untuk mendapatkan beberapa kantong kecil tepung atau mentega.

"Itu membuat seseorang ingin menangis," kata Mendez.

Tak hanya krisis pangan, Venezuela juga dilanda krisis energi. Pemerintah Presiden Maduro mengambil sejumlah langkah untuk merespons krisis itu. Mulai dari memotong jam kerja pegawai negeri, yakni hanya dua kali dalam sepekan, memajukan waktu Venezuela 30 menit lebih awal, hingga melakukan pemadaman listrik selama empat jam sehari.

Akibat krisis yang terus semakin dalam di Venezuela, penjarahan dan kekerasan dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di negara tersebut. Beberapa kota, termasuk kota kedua terbesar di Venezuela, Maracaibo, dilanda kerusuhan pada Selasa dan Rabu lalu. n reuters ed: yeyen rostiyani

***

Lima Penyebab

Perekonomian negara kaya minyak di Amerika Latin, Venezuela, berada dalam krisis mendalam. Presiden Nicolas Maduro mengumumkan keadaan "darurat ekonomi" selama 60 hari pada Jumat (28/4) lalu.

Dilansir laman CNN, perekonomian Venezuela menyusut 7,1 persen pada kuartal ketiga tahun lalu. Penyusutan terjadi selama tujuh kuartal berturut-turut sejak awal 2014.

Inflasi di negara ini meroket selama beberapa persen tahun ini. Ekonom di Capital Economics Edward Glossop mengatakan, negara ini berada dalam krisis ekonomi.

"Angka-angka itu diperkirakan sangat mengerikan," ujarnya.

Berikut ini lima hal yang menyebabkan Venezuela jatuh dalam kekacauan ekonomi:

1. Jatuhnya Harga Minyak

Selama ini perekonomian Venezuela bergantung pada minyak. Mereka pernah berjaya kala harga minyak per barel mencapai 100 dolar Amerika Serikat pada 2013 dan 2014. Sekarang harga minyak jatuh ke level terendah selama 12 tahun, di angka 28,36 dolar per barel.

2. Nilai Mata Uang Berkurang

Mata uang Venezuela, bolivar, anjlok pada kesepakatan "menakjubkan". Tahun lalu satu dolar AS senilai dengan 175 bolivar. Satu dolar AS bernilai 865 bolivar. Artinya, nilai bolivar hanya 0,0011 dolar AS, bahkan tak mencapai satu sen.

3. Ketidakstabilan Politik

Pada Januari lalu, partai oposisi Democratic Unity berhasil merebut 109 kursi di kongres, jauh dari yang didapat partai Maduro yang hanya 55 kursi. Dengan itu, oposisi berhasil menguasai 65 persen kongres yang berarti dapat memecat kabinet Maduro dan meloloskan reformasi yang tak bisa dibatalkan Maduro. Dalam kasus apa pun, ketidakstabilan politik tak pernah baik untuk ekonomi dan hal itu meningkat tahun ini di Venezuela.

4. Kebangkrutan yang tak Terelakkan

Venezuela telah tertatih-tatih di ambang kebangkrutan dalam dua bulan terakhir. Negara ini hampir tak menghasilkan cukup uang dari ekspor minyak untuk membayar utang.

Tahun ini, Venezuela berutang lebih dari 10 miliar dolar AS. Hampir setengahnya jatuh tempo pada Oktober dan November.

Satu-satunya hal yang dapat mencegah kebangkrutan Venezuela adalah jika harga minyak segera naik atau salah satu sekutu pemerintah memberikan bantuan bail out pemerintah.

5. Krisis Makanan

Venezuela menanggung beban dari masalah perekonomian mereka. Pemerintah tak lagi dapat membayar untuk mengimpor bahan kebutuhan dasar, seperti susu, telur, dan tepung. Ini membuat banyak rak di supermarket kosong. Kekurangan makanan menjadi sumber utama kerusuhan sosial di negara ini.  Oleh Gita Amanda ed: Yeyen Rostiyani

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement