Kamis 05 Jan 2017 15:00 WIB

Pelaku Serangan Klub Malam Reina Terlatih

Red:

ISTANBUL -- Pelaku serangan di sebuah klub malam Reina di Istanbul, Turki, pada malam tahun baru disebut terlatih sebagai anggota kelompok militan di Suriah. Hingga saat ini, pengejaran masih dilakukan terhadap pria bersenjata itu.

"Penyerang memang memiliki pengalaman untuk bertempur secara langsung. Kami yakin ia telah dilatih, mungkin di Suriah selama bertahun-tahun," ujar seorang sumber keamanan Turki, Selasa (3/1).

Surat kabar Turki, Haberturk, mengatakan, penyelidikan polisi mengungkapkan, pelaku memasuki Turki dari Suriah sejak November lalu. Ia datang bersama dengan seorang istri dan dua anaknya untuk tidak menarik perhatian.

Saat serangan, pelaku pria bersenjata melakukan penembakan secara brutal kepada orang-orang di tempat hiburan itu dengan menggunakan senapan otomatis.

Sebanyak 39 orang dalam kejadian itu tewas. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim berada di balik serangan klub Istanbul. Hal itu dilakukan karena keterlibatan militer Turki dalam konflik di Suriah.

Hingga berita ini ditulis, sebanyak 14 orang juga telah ditahan terkait penyelidikan serangan tersebut. Di antaranya adalah dua warga asing saat berada di Bandara Ataturk, Istanbul.

Masih status darurat

Terlepas dari insiden klub Reina, Turki masih terus dirundung isu percobaan kudeta. Parlemen Turki menyetujui mosi yang mendukung pemerintah untuk memperpanjang status darurat selama tiga bulan pada Selasa (3/1).

Status darurat diberlakukan sejak 15 Juli lalu, saat kudeta gagal dilakukan terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan. Status darurat sebelumnya dijadwalkan akan berakhir pada 19 Januari mendatang. Selama Turki berada dalam status darurat, puluhan ribu orang telah kehilangan pekerjaan dan ditangkap karena diduga mendukung kudeta.

Ankara berpendapat, status darurat diperlukan untuk membasmi pengaruh Fethullah Gulen di lembaga-lembaga Turki. Pemerintah Turki menyalahkan Gulen atas kudeta yang gagal. Namun, Gulen membantah tuduhan tersebut.

Status darurat Turki, yang siap diteruskan menjadi sembilan bulan, menimbulkan sedikit masalah bagi Uni Eropa. Uni Eropa khawatir status darurat akan digunakan untuk menindak keras bagi siapa pun yang mengkritik Erdogan, bukan hanya untuk mengamankan komplotan pendukung kudeta.

Menurut angka terbaru yang dilaporkan kantor berita Anadolu, lebih dari 41 ribu orang telah ditangkap atas dugaan memiliki keterkaitan dengan Gulen. Sementara itu, lebih dari 103 ribu orang sedang dalam penyelidikan.

Status darurat memberikan kekuasaan khusus kepada pemerintah untuk memecat pegawai negara dan menutup asosiasi, termasuk kelompok media. Status darurat juga memperpanjang waktu penahanan tersangka di penjara tanpa dikenai biaya.

Pada November lalu, Erdogan sudah mengisyaratkan status darurat akan diperpanjang. Keputusan itu memukul telak Parlemen Eropa yang membekukan perundingan dengan Turki selama dalam keadaan darurat.

"Apakah Parlemen Eropa bertanggung jawab atas negara ini atau pemerintah yang bertanggung jawab?" ujar Erdogan saat itu. Dia mencatat, Prancis juga telah memberlakukan status darurat setelah terkena serangkaian serangan teror pada 2015 lalu. rep: Puti Almas, Fira Nursyabani ed: Yeyen Rostiyani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement