Jumat 06 Jan 2017 14:00 WIB

Trump Lebih Percaya Wikileaks daripada CIA

Red:

WASHINGTON -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump lebih memercayai Wikileaks daripada CIA. Pada Rabu (4/1) ia kembali menyatakan keraguan atas tuduhan Rusia di balik peretasan sistem pemilu AS untuk membantunya.

Ia mengatakan, laporan Wikileaks tidak menyatakan demikian. Trump kembali mempertanyakan temuan lembaga intelijen AS dalam akun Twitter-nya. Kali ini, ia menghubungkannya dengan temuan Wikileaks.

"Julian Assange (pendiri Wikileaks--Red) mengatakan, mungkin seorang bocah 14 tahun yang meretas Podesta. Mengapa DNC sangat ceroboh? Ia juga mengatakan, Rusia tidak memberinya informasi!" kata Trump.

Cuitan Trump merujuk pada dokumen yang dicuri dari Democratic National Committee (DNC) dan John Podesta. Podesta adalah manajer kampanye rival Trump, kandidat Demokrat Hillary Clinton. Sejumlah besar dokumen surel mereka bocor dan dipublikasikan di Wikileaks. Trump juga mengutip pernyataan Assange kepada Fox News bahwa peliputan media AS selama ini sangat tidak jujur.

Menanggapi hal ini, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest kebingungan. "Siapa yang akan Anda percayai?" kata dia.

Earnest menyebut, komentar Trump itu memosisikan Russia dan Assange melawan 17 lembaga intelijen AS, pakar siber dan anggota parlemen. Earnest menambahkan, presiden terpilih harus segera memutuskan siapa yang akan ia percayai.

Sementara, Wakil Presiden AS terpilih, Mike Pence, membela pernyataan Trump. Ia menyebutnya sebagai skeptisme sehat orang Amerika terhadap intelijen.

"Karena kesalahan-kesalahan intelijen di tahun-tahun belakangan, presiden terpilih jelas menunjukkan pada warga AS bahwa ia skeptis soal keputusan dari birokrasi," kata Pence di US Capitol.

Trump dan Pence dijadwalkan menerima pemaparan intelijen soal isu peretasan pada Jumat. Pejabat Gedung Putih mengatakan, mereka akan diberi informasi intelijen yang didapatkan Presiden Barack Obama, bulan lalu.

Pejabat-pejabat level tinggi akan berada di New York khusus untuk memberi pemaparan kepada Trump soal temuan sangat rahasia. Mereka adalah Direktur CIA John Brennan, Direktur FBI James Comey, dan Direktur Kantor Intelijen Nasional (DNI) James Clapper.

Sementara, pemerintah Obama berencana memublikasikan versi terbukanya sebelum ia melepas jabatan pada 20 Januari. Selama ini, pemerintah mengatakan, Rusia tak hanya mengganggu pemilu, tapi juga membantu Trump menang. Informasi lainnya sangat terbatas. Tidak ada bukti yang dikemukakan ke publik.

Dalam wawancara dengan PBS dalam acara "PBS News Hour", Selasa (3/1) lalu, Brennan mengatakan, laporan itu akan termasuk data yang sudah dikumpulkan, data yang terbuka kepada publik, dan tujuan upaya ini. Clapper sudah memberikan pemaparan di Capitol Hill pada Kamis (29/12). Namun, saat itu ia terbatas berbicara soal laporan yang akan diberikan pada Trump.  

Analisis terbaru datang dari gabungan Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI. Mereka juga menyimpulkan Rusia berada di balik aktivitas peretasan kepada DNC dan lainnya.

Analisis ini mencakup daftar alamat internet yang berpotensi terkait dengan peretas Rusia. Lebih banyak alamat yang tidak bisa dilacak. Menurut kantor berita AP, sedikitnya 20 persen alamat telah ditelusuri untuk kembali ke server komputer.

Alamat-alamat ini sebagian besar digunakan untuk tujuan yang legal. Layanan situs yang disebut Tor awalnya didanai Pemerintah AS dan sekarang digunakan aktivis juga jurnalis.

Alamat internet lain yang dirilis oleh DHS dan telah dilacak hingga server malah merupakan komputer-komputer universitas di AS. Termasuk, ada server milik Yahoo Inc.

Pemerintah memperingatkan bahwa alamat-alamat itu tidak secara otomatis terikat pada aktivitas berbahaya Rusia. Sehingga, pakar keamanan harus menyelidikinya lebih lanjut.     rep: Lida Puspaningtyas/reuters/ap, ed: Yeyen Rostiyani

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement