Ahad 07 Sep 2014 18:10 WIB

Mewujudkan Standardisasi Mushaf

Red: operator

Perbedaan Alquran standar Indonesia hanya pada tanda baca.

Di era modern, penulisan mushaf Alquran tak terlepas dari kiprah Lajnah Tashih Alquran.Lembaga yang berdiri 1 Oktober 1959 berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 1959 itu memiliki banyak tugas.

Mengutip Badri Yunardi dalam artikelnya yang berjudul, "Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia", lajnah mempunyai tugas-tugas di antaranya, pertama secara preventif dan represif menjaga kemurnian mushaf Alquran, rekaman, bacaan, terjemahan, dan tafsif Alquran.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:heri purwata/OldApp

Alquran milik Nugroho (57) warga Mranggen, Kotagede, Yogyakarta ini memiliki ukuran 12x15 mm.

 

Kedua, mempelajari mushaf-mushaf Alquran yang beredar di Indonesia yang diperuntukkan untuk masyarakat (awam)

Indonesia. Yang terakhir, lajnah mempunyai hak untuk menghentikan peredaran mushaf yang belum ditashih oleh lajnah.

Lajnah, dalam mempraktikan tugas- tugasnya perlu memiliki pedoman-pedoman tertentu. Hal tersebut ditujukan untuk memperlancar tugas dari para anggota lajnah sendiri. Pedoman tersebut memuat aturan dan tata cara penulisan Alquran sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan Alquran Rasm Usmani.

Berangkat dari itu, maka variasi penulisan Alquran yang beredar di Indonesia hingga 1970-an menjadi perhatian serius. Ketika itu, corak mushaf Alquran yang beredar di Indonesia hanya Alquran Bombay, Pakistan, dan Alquran Bahriyah terbitan Istanbul.

Selain itu, di Indonesia sendiri belum banyak penerbit yang secara khusus menerbitkan Alquran. Dari segi tanda baca, Alquran jenis Bombay, Pakistan, dan Bahriyah berbeda satu sama lain.

Keragaman tersebutlah yang dikhawatirkan mempengaruhi bagaimana pembaca awam membaca ayat-ayat Alquran.

Selain itu, Alquran terbitan luar negeri, mempunyai variasi dalam penggunaan harakat, tanda baca dan tanda waqaf.

Variasi tersebut diyakini berpotensi menim bulkan kebingungan di kalangan pembaca awam.

Lajnah dalam melaksanakan tugas- tugas pentashihan sering kali menemukan kesulitan karena kesalahan teknis dari percetakan. Misalnya dari model tulisan yang terlalu rapat, huruf-huruf yang bertumpuk dalam satu kata bahkan penempatan tanda baca yang tidak sesuai pada tempatnya. Mushaf model Bombay ini justru yang paling disukai oleh masyarakat.

Salah satunya orang lanjut usia, lantaran hurus pada mushaf model Bombay berbentuk tebal. Sehingga, perlu model tanda baca yang mantap, yang nantinya dijadikan acuan penerbit Alquran di Indonesia.Maka, muncullah inisiatif untuk menggagas Alquran standar Indonesia.

Forum yang melibatkan para ulama pakar Alquran menggelar Musyawarah Kerja (Muker) untuk merumuskan standardisasi tersebut bersama lajnah. Tak tanggung- tanggung, sebanyak sembilan kali muker dilaksanakan dari kurun waktu 1974 hingga 1982.

Menurut Badri, muker pertama pada 5-9 Februari 1974 masih memutuskan Alquran Bahriyah cetakan Istanbul sebagai penulisan Alquran standar Indonesia.

Hing ga pada muker berikutnya yang berlangsung 18-20 Februari 1980 di Jakarta, para ulama ahli Alquran menyepakati bahwa dari segi tanda baca, Alquran yang diterbitkan Departemen Agama pada 1960, dijadikan pedoman untuk penulisan tanda- tanda baca dalam penulisan mushaf Usmani standar Indo nesia.

Lalu tanda waqaf dari Alquran terbit an Departemen Agama pada 1960 mengalami penyederhanaan dari 12 menja di tujuh tanda. Tak tanggung- tanggung, lajnah harus meneliti terlebih dahulu penempatan tanda waqaf dalam cetakan Mushaf standar Indonesia. Tujuh tanda waqaf yang disederhanakan tersebut, juga digunakan dalam penulisan Alquran standar Bahriyah.

Aziz Sidqi dalam artikelnya yang ber ju dul "Sekilas Tentang Mushaf Standar Indonesia" menuturkan, tidak ada perbe daan mendasar antara Alquran standar Indonesia dan Alquran lain yang ju ga beredar di Indonesia. Sebab, jika meli hat pada cara penulisannya, Alquran stan dar Indonesia menggunakan kaidah penulisan Rasm Usmani. Karena itu, Alquran Standar Indonesia disebut mushaf Usmani. Perbedaan hanya berada dalam penggunaan beberapa harakat, tanda baca, dan tanda waqaf.

Munculnya Alquran standar Indonesia dilatarbelakangi keinginan untuk memudahkan pembaca akibat kompleksitas tanda baca. rep:c70, ed: nashih nashrullah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement