Siapa yang tidak ter kesima melihat ke anekaragaman budaya Indonesia, khususnya di tatar Parahyangan. Berbagai kesenian lahir, berkembang dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ma syarakat. Salah satu kesenian yang menyelaraskan gerakan dengan alunan musik adalah seni tari.
Di awal kemunculannya, tarian lahir sebagai bentuk penghormatan yang diberikan manusia kepada segala sesuatu yang dianggap memberi peran penting. Seperti kepada Tuhan, raja, alam, bahkan kepada tamu sekalipun. Namun, saat ini, tarian bukan menjadi sesuatu yang sakral melainkan menjadi komersil dan bersifat hiburan.
Sayup-sayup suara gamelan terdengar mengalun tatkata cahaya bulan mulai bersinar ditemani kerlip bintang. Sembilan orang putri keraton mengena kan pakaian tradisional lengkap dengan selendang berwarna hijau tengah menari mengikuti alunan musik yang dimainkan para nayaga. Tarian itu bernama tari ‘Badaya’. Sebuah tarian yang dipersembahkan untuk sang raja dan kaum menak.
Tari Badaya merupakan sa lah satu tarian wayang Jawa Barat yang distruktur dan di gubah oleh Prof Iyus Yustiana. Para penari diibaratkan sebagai para selir yang sedang meng hibur sang raja.
Riyuh rendah tepuk tangan memecah keheningan malam di Kampus Universitas Padjadja ran Jatinangor, belum lama ini. Tari Badaya menjadi tarian pem buka pada pementasan man diri ke XIX unit kegiatan ma hasiswa Lingkung Seni Sun da (Lises) Unpad.
Lapangan basket yang ber ada di Gedung Bale Santika itu, disulap menjadi panggung pe mentasan yang meriah. Ratusan penonton mulai dari mahasiswa, pecinta seni, dan masyarakat hadir untuk menyaksikan pagelaran yang mengusung tema ‘Sawindu, Paheuyeuk-heuyeuk leungeun nanjeurkeun ki Sunda’.
Menurut pupuhu Lises Dery Reizky Pratama, pada awalnya, pementasan tersebut hanya kegiatan internal untuk evaluasi para pemain dan penari. Namun, untuk memacu adrenalin para penari dan nayaga, akhirnya evaluasi tersebut ditam pil kan menjadi sebuah pertunjukkan. "Tentunya, agar bisa juga dinikmati masyarakat," ujarnya kepada Republika.
Dery juga menambahkan, bahwa pementasan tersebut di jadikan sebagai cara untuk meng angkat dan memertahan kan kebudayaan khususnya kebudayaan Sunda. Melalui pertunjukan yang mementaskan sepuluh tarian ini, dia berharap, agar masyarakat dapat kembali mengenal dan mengetahui ber bagai jenis tarian serta alat musik dari tatar Sunda. "Sema kin sering mempertunjukkan, maka kebudayaan itu akan tetap ada," tuturnya.
Pementasan tari tidak sekedar memperlihatkan keindahan gerakan yang dipadukan dengan alunan musik yang merdu. Menari merupakan sebuah kegiatan kompleks yang meng olaborasikan keindahan dengan rasa.
Menurut Dery, tarian merupakan sebuah keindahan di mana setiap hembus napas menentukan kemana gerakan itu akan berlabuh. Semakin halus kita bernapas, maka tariannya akan semakin lembut. Tapi se baliknya, semakin cepat kita bernapas, maka gerakannya semakin energik dan bersemangat.
Salah satu tarian yang menampilkan gerakan enerjik adalah tari ‘Makalang’ yang berarti berjuang atau bertandang. Lima orang penari muncul dengan gagah sambil memegang senjata tradisional Jawa Barat, kujang.
Meski terlihat gagah, para penari terlihat glamour mengenakan pakaian ala ksatria berwarna merah berpadu kuning emas. Setiap gerakkan yang ber nuansa jaipongan ini memerlihatkan sosok tangguh, berwibawa, dan energik meskipun dibawakan oleh perempuan.
Gerakan tersebut sebagai mana diungkapkan seorang penari di Lises Siti Hajar Riyanti. Menurutnya, tarian merupakan sebuah bentuk ekspresi. Bentuk kesenian yang paling nyata untuk dapat dinikmati.
Namun, kata dia, tarian bukan sebatas gerakan tubuh dan juga bukan hanya menggerakkan tubuh. "Harus seimbang," ujarnya.Dikatakannya, keseimbangan yang dimaksud adalah menyeimbangkan jiwa dan raga serta menciptakan gerak dengan wirahma, wirasa, dan wiraga.
Wirahma merupakan kemampuan berirama dengan musik yang mengiringi gerakan. Wiraga merupakan kemampuan memunculkan makna dalam bentuk gerakan. Serta wirasa, yaitu bagaimana cara penari meng hayati atau memaknai se tiap gerakan.
Menurut Riyanti, tarian saat ini telah mengalami pergeseran fungsi. Dulu, beberapa tarian digunakan sebagai ritual dan tidak dapat ditampilkan secara sembarangan. Selain itu, hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmati dan membawakan tarian tersebut. "Sekarang fungsinya sebagai hiburan dan bersifat komersil," ujar mahasiswa semester empat itu.
Saat ini, budaya Sunda kembali naik pamor. Itu tentu nya merupakan perkembangan yang bagus. Menurut Dery, hal tersebut terjadi sebagai dampak dari banyaknya ke budayaan di Indonesia yang diklaim negara lain. Bukan tanpa alasan, melainkan karena orang luar menilai bu daya Sunda sebagai budaya yang seksi.
Menjaga dan melestarikan kebudayaan menjadi tanggungjawab bersama. Seperti kalimat paheuyeuk-heuyeuk lengeun nanjeurkeun ki Sunda yang memiliki makna sangat dalam. Yaitu saling ber pegangan tangan dalam me lestarikan budaya Sunda. "Budaya Sunda sanes kangge urang Sunda hungkul, nanging kangge urang sadaya na," ujar Dery menjelaskan.
Riyanti juga menambah kan, mementaskan dan mempelajari tarian Sunda merupakan upaya pelestarian. Se tiap gerakan, alunan musik, dan properti yang digunakan pada saat menari memiliki keunikan tersendiri. Menurutnya, tarian tradisional harus ada yang melestarikan. "Jangan hanya dibiarkan menjadi legenda," ujarnya. ed: agus yulianto