Senin 30 Jun 2014 13:00 WIB

Penyerapan Beras Terkendala Harga

Red:

SUBANG –– Bulog Sub Divre VI Subang khawatir menyusul terus mahalnya harga gabah di tingkat petani. Akibat kondisi ini, perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan ini, kesulitan dalam menyerap beras petani. Kenaikan harga gabah ini, salah satunya dipicu sulitnya petani mendapatkan pupuk bersubsidi. Sehingga petani harus mem beli pupuk nonsubsidi.

Wakil Kepala Bulog Sub Divre VI Subang, Budi Cahyanto mengatakan saat ini harga gabah terus naik. Harga gabah giling pungut (GKP) sekitar Rp 430 ribu perkuintal. Akan tetapi karena saat ini bukan musim panen raya, maka gabah di tingkat petani mengalami kelangkaan. Sehingga kalaupun gabahnya ada harganya tak terjangkau oleh Bulog. "Kami punya standarisasi harga yang telah ditetapkan pemerintah," ungkap Budi kepada sejumlah wartawan, Ahad (29/6).

Dengan kondisi ini, sepertinya pemerintah melalui Bulog kesulitan dalam melakukan penyerapan beras. Sebab harganya tak terjangkau. Meski demikian menurut Budi, ma syarakat tak perlu khawatir. Karena Bulog masih memiliki stok beras yang lumayan cukup. Stok tersebut mencapai 20 ribu ton. Beras yang ada di gudang Bulog ini diyakini bisa mencukupi sampai kebutuhan Oktober mendatang. Beras tersebut diperuntukan bagi pengadaan raskin. Kebutuhan raskin di Kabupaten Subang mencapai 2.666 ton untuk 253 desa di 30 kecamatan.

Namun meskipun stoknya masih mencukupi, menurut Budi Bulog tetap diharuskan melakukan penye rapan beras. Karena itu pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat untuk pende katan kepada petani. "Tahun ini, kami menargetkan penyerapan sebesar 850 ribu ton setara beras," ujarnya.

Target tersebut, lanjutnya opti mis terealisasi. Meskipun di lapang an banyak kendala. Salah satunya harga gabah yang tak terjangkau oleh harga pembelian pemerintah (HPP). Namun Bulog punya jurus lain guna merealisasikan penyerapan. Salah satunya, memaksimal kan kemitraan dengan petani. Serta memantapkan sebaran satuan petugas (Satgas) sampai titik yang sulit terjangkau. "Kami punya pasukan semut. Mudah-mudahan pasukan ini kinerjanya bisa maksimal," jelasnya.

Sementara itu Manaf Hadi Per mana, petani asal Desa Tambak Jati, Kecamatan Patokbeusi, mengaku di wilayahnya petani kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Apalagi di wilayahnya cuma ada satu distributor resmi. Padahal saat ini kebutuhan petani akan pupuk sedang tinggi. "Setiap kami ke distributor, penjaganya bilang pupuk subsidi tidak ada," ujarnya.

Dengan kondisi ini, lanjut dia, banyak petani yang beralih ke pupuk nonsubsidi. Harganya jelas lebih mahal. Sebab harga pupuk subsidi hanya Rp 1.800 per kilogram. Sedangkan pupuk nonsubsidi mencapai Rp 4.500 per kilogram. Dampak dari kondisi ini, biaya tanam meng alami kenaikan antara 10-15 persen. Sehingga untuk menutupi kerugian, petani terpaksa menaikan harga gabah. Jika gabah naik, maka efeknya turut mendongkrak kenaikan harga beras di pasaran.

Secara terpisah, Kabag Humas PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) Aby Radityo, mengaku sebenarnya pupuk tidak mengalami kelang kaan. Sebab stok pupuk yang ada sekitar 20 ribu ton. Terkait dengan pupuk subsidi, sebenarnya bukan pupuknya yang langka. Melainkan kuota subsidi untuk pupuk dikurangi sejak akhir 2013 lalu. rep:ita ninia winarsih  ed: rachmat santosa

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement