PADANG — Gunung Marapi yang berlokasi di antara Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), meletus pada Sabtu (14/11) malam sekitar pukul 22.23 WIB. Gunung itu kini berstatus waspada atau level dua. "Saat ini Marapi berstatus waspada," kata petugas Pos Pengamat Gunung Api Marapi Sumbar, Warseno, Ahad (15/11).
Menurut Warseno, letusan yang terjadi pada Sabtu (14/11) menyebabkan gempa tektonik dengan skala lokal dan tercatat oleh alat pemantau. "Dari rekaman seismik terjadi sekali dengan amplitudo 29,4 milimeter (mm), durasi (lama gempa) 40 detik," kata Warseno. Sementara, pada Ahad (15/11), tidak terlihat asap di puncak gunung meski aktivitas vulkanis Marapi masih fluktuatif.
Selama November 2015, Gunung Marapi telah tiga kali mengeluarkan letusan. Surat rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bernomor 1385/45/BGL.V/2011 tentang peningkatan status Gunung Marapi belum dicabut. Dalam surat tertanggal 3 Agustus 2011 tersebut, dijelaskan, status Gunung Marapi meningkat, dari normal (level I) menjadi waspada (level II).
Peningkatan status Marapi menjadi waspada mengakibatkan lokasi erupsi sejauh radius tiga kilometer harus steril dari aktivitas masyarakat, termasuk pendaki. Salah seorang warga Batusangkar, Arif Pribadi, mengatakan, saat ini Marapi tertutup awan dari arah Panyalaian Kabupaten Tanah Datar. "Udara berkabut sehingga Marapi tidak terlihat dengan jelas," kata Arif, Ahad (15/11).
Ketua Tim Marapi Adventure Camp (MAC) Jofri Andres memastikan tidak ada korban jiwa dari letusan Gunung Marapi yang terjadi pada Sabtu (14/11) malam. "Kondisi pendaki tidak apa-apa dalam letusan ini," kata pria yang akrab disapa Pajok itu, Ahad (15/11).
Menurutnya, letusan Marapi sama sekali tidak mengganggu aktivitas para pendaki. Alasannya, abu vulkanis dampak dari letusan mengarah ke Panyalaian, Padang Panjang. Sehingga, sekitar 500-an pendaki yang berada di cadas tidak terkena imbas dari letusan tersebut. "Kami langsung naik ke atas, kami minta anak-anak (pendaki) tidak usah panik," ujar Pajok.
Dapur Magma
Aktivitas tektonik yang ditandai dengan rangkaian gempa di Dearah Istimewa Yogyakarta (DIY) diduga akibat Gunung Merapi yang sedang mengisi dapur magmanya. Dugaan itu diutarakan oleh Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono. "Kemungkinan gempa itu karena ada migrasi magma ke Gunung Merapi," kata Surono, akhir pekan lalu.
Surono menjelaskan, gempa tektonik berskala kecil hingga sedang yang terjadi di Yogyakarta selama tiga bulan terakhir mengindikasikan ada magma yang berjalan atau bermigrasi ke arah Gunung Merapi. Proses itu mengaktifkan sesar opak. "Karena perjalanannya (magma) mengganggu sesar opak, maka timbullah gempa," kata dia.
Menurut Surono, pengisian magma Gunung Merapi wajar terjadi. Alasannya, pascaletusan pada 2010, volume magma di dalam gunung diperkirakan telah jauh berkurang sehingga kini mengalami proses pengisian ulang. Dengan kondisi tersebut, menurut Surono, masih dibutuhkan waktu yang lama bagi Gunung Merapi untuk kembali mengeluarkan letusan eksplosif yang sama seperti 2006 dan 2010.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya mengatakan, meningkatnya intensitas gempa yang terjadi di DIY selama tiga bulan terakhir itu disebabkan aktifnya subduksi dua lempeng benua di selatan DIY. Selain itu, sesar atau patahan di daratan juga tengah aktif. Berdasarkan catatan BMKG Yogyakarta, kekuatan gempa bumi yang terjadi bervariasi antara 2,5 skala Richter (SR) hingga lebih dari 5 SR.
Warga di kawasan barat daya Gunung Merapi Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, merasakan gempa cukup kuat selama beberapa detik pada Rabu (11/11). Gempa dirasakan mulai sekitar pukul 18.45 WIB. Kepala Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Ismael, mengatakan, masyarakat yang merasakan gempa tersebut keluar rumah selama beberapa saat untuk berjaga-jaga. rep: Umi Nur Fadhilah antara ed: Andri Saubani