Antara
JAKARTA — Gempa berkekuatan 5,2 skala Richter (SR) yang mengguncang Pulau Buru dan Ambalauw, Maluku, pada Ahad (17/1) menewaskan satu orang. Selain korban tewas, 19 orang dilaporkan mengalami luka ringan dan tiga lainnya luka berat. "Terbatasnya aksesibilitas, gelombang laut, dan cuaca buruk di Buru Selatan menyebabkan kendala penanganan," kata Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Senin (18/1).
Adapun kerugian materiil, terang Sutopo, antara lain 68 unit rumah rusak berat, 118 unit rumah rusak sedang, dan 53 unit rumah rusak ringan. Ditemukan pula satu unit masjid rusak berat. Upaya yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buru Selatan, kata Sutopo, masih melakukan proses evakuasi dan memberikan bantuan. Kebutuhan mendesak antara lain obat-obatan, bahan bangunan, dan makanan siap saji.
Menyusul gempa yang mengguncang Pulau Buru dan Ambalaw, Maluku, berturut-turut terjadi gempa di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan gempa di Seram bagian timur, Maluku. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa di Rote Ndao berkekuatan 4,7 SR, sementara gempa di Seram bagian timur berkekuatan 5,2 SR. Untuk gempa di Seram bagian timur, meski episentrum berada di laut, dipastikan tidak berpotensi menyebabkan tsunami.
Gempa tektonik
Pos Pengamat Gunung Api (PGA) di Bukittinggi, Sumatra Barat, mencatat, sejak Oktober 2015 hingga Januari 2016 terjadi 533 gempa karena gejolak di Gunung Marapi. Gempa yang terjadi di gunung yang terletak antara Kabupaten Agam dan Tanah Datar itu, misalnya, gempa hembusan, tremor, vulkanik dangkal, vulkanik jauh, tektonik lokal, dan tektonik jauh. "(Betul) setiap bulan pihak Kementerian ESDM selalu memberikan laporan ke BPBD Sumbar," kata Kepala Pusdalops PB BPBD Sumatra Barat, R Pagar Negara, Senin (18/1).
Menurut Pagar, gunung aktif berpotensi mengalami erupsi freatik yang didominasi uap air bercampur dengan material letusan tua. Namun, ia mengatakan, ancaman tersebut terbatas hanya pada radius kurang dari tiga kilometer dari pusatnya. Ia mengatakan, letusan juga dapat melontarkan sejumlah material seperti pasir, masih pada radius kurang dari tiga km dari kawah.
Surat rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bernomor 1385/45/BGL.V/2011 tentang peningkatan status Gunung Marapi belum dicabut. Dalam surat tertanggal 3 Agustus 2011 tersebut, dijelaskan bahwa status Gunung Marapi meningkat, dari normal (level I) menjadi waspada (level II). Dari rekomendasi itu, radius tiga kilometer dari pusat erupsi tertutup untuk aktivitas masyarakat, termasuk pendaki.
Pagar meminta masyarakat ataupun pendaki untuk selalu menjaga jarak dari kawah puncak. Mengingat, kawah sebagai pusat letusan dapat mengeluarkan gas-gas vulkanik yang membahayakan. PVMBG, menurut Pagar, akan selalu berkoordinasi dengan BNPB dan BPBD setempat untuk memberikan informasi-informasi aktivitas Gunung Marapi. "(Sehingga), jangan terpancing isu-isu tentang letusan." rep: Dyah Ratna Meta Novia,Umi Nur Fadilah, ed: Andri Saubani