Untuk mengetahui kondisi kejiwaan sesorang yang sebenarnya, saat ini dapat diketahui dengan mendeteksi wajah dan tubuh seseorang. Sebuah perangkat lunak (software) deteksi segera dihadirkan oleh Suhendro Yusud, peneliti yang juga dosen magister Informatics and Business Institute (IBI) Darmajaya, Bandar Lampung. Penelitian yang dilakukannya menghasilkan sebuah software yang bisa mendeteksi kejiwaan seseorang saat melakukan tindakan kriminalitas. "Ini penelitian saya yang ketiga," ujar Suhendro di Bandar Lampung, belum lama ini.
Doktor bidang komputer itu mengatakan bahwa alat deteksi tersebut bisa mengetahui kondisi kejiwaan seseorang sebelum melakukan tindakan yang bersifat destruktif melalui aplikasi komputer. Software ini juga dapat mengetahui jiwa seseorang ketika melakukan tindak kriminalitas. Alat tersebut akan membaca kondisi seseorang apakah kejahatan yang dilakukannya itu dilakukan secara sadar, secara tidak sadar, ataukah dalam kondisi stres.
Suhendro mengungkapkan, akurasi alat tersebut mencapai 70 persen. Perangkat lunak itu, katanya, sangat berguna bagi aparat penegak hukum untuk memproses tersangka pelaku kejahatan saat mereka berbuat suatu pelanggaran.
Alumnus Fakultas Kehutanan IPB ini telah mendalami bidang image processing sejak 2004. Ia berhasil menciptakan software image retrieval berbasis citra wajah dan posisi anggota tubuh untuk mengetahui kondisi kejiwaan manusia. Pendeteksi kondisi kejiwaan ini dilatarbelakangi oleh belum adanya alat penafsir ekspresi wajah untuk menjelaskan kondisi kejiwaan seseorang. Faktanya, dua dari sepuluh orang di dunia diketahui mengalami gangguan kejiwaan. Dan tak jarang, setelah seorang pelaku kejahatan ditangkap, ternyata belakangan diketahui jika dirinya menderita penyakit kejiwaan.
Suhendro berharap melalui perangkat ini indikasi gangguan kejiwaan lebih cepat terdeteksi sehingga langkah preventif kepada hal yang destruktif dapat segera dicegah. rep:mursalin yaslan ed: andi nur aminah