PONTIANAK -- Bank Indonesia (BI) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai peredaran uang palsu pada Bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Imbauan yang dikeluarkan Kantor Perwakilan (KP) BI Wilayah Kalimantan Barat tersebut disampaikan terkait tingginya transaksi pada saat-saat tersebut.
"Transaksi keuangan pada momen puasa dan Lebaran pasti sangat tinggi dari hari biasa dan itu celah bagi oknum yang memanfaatkan peredaran uang palsu. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk mewaspadai peredaran uang palsu tersebut," ujar KPBI Kalbar, Dwi Suslamanto di Pontianak, Rabu (22/6).
Saat ini, kata dia, peredaran uang palsu di Kalbar relatif rendah dibandingkan provinsi lainnya. Dia mengatakan, kebanyakan pola penyebaran uang palsu dilakukan di daerah bukan di perkotaan. Karena itu, dia meminta masyarakat untuk mengecek ciri-ciri uang yang diterimanya. "Cek ciri-ciri uang, seperti dilihat, diraba, dan diterawang. Kenali ciri-ciri rupiah supaya tak jadi korban," katanya.
Teknologi para pembuat uang palsu di Indonesia kini semakin canggih. Tidak hanya menggunakan mesin printer biasa, para pemalsu uang tersebut juga memalsukan pita magnetik uang kertas. Tak hanya itu, mereka juga mampu membuat tanda air bergambar pahlawan dengan cara melukis gambar itu pada permukaan uang. "Walaupun itu bukan tanda air dan tidak sempurna."
Untuk di kantor, lanjut Dwi, temuan uang palsu tercatat sebanyak 233 lembar pada tahun ini. Lembaran-lembaran uang palsu tersebut kebanyakan uang pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu.
Menghadapi peredaran uang palsu tersebut, BI serius mengantisipasinya agar tidak merugikan masyarakat. Untuk uang palsu, BI Kalbar fokus ke daerah Ketapang. "Karena ada informasi dari kepolisian bahwa temuan uang palsu dari kepolisian cukup banyak," kata dia. antara, ed: Dewi Mardiani