REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan setahun deklarasi Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sebagai calon presiden (capres) berselang sebulan lagi. Sejumlah petinggi Golkar mengkhawatirkan lambannya peningkatan keterpilihan Ical, sapaan akrab Aburizal.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono mengakui pergerakan elektabilitas alias keterpilihan Ical masih bergerak lambat. Hal itu terlihat dari paparan hasil jajak pendapat beberapa lembaga survei belakangan.
"Memang agak lambat,” ujar Agung Laksono di Bandara Halim Perdanakusuma, Senin (27/5). Menurut Agung, hanya sekira dua persen kenaikan keterpilihan Ical dalam setahun belakangan jika menilik paparan lembaga survei. Agung menyoroti, ada sejumlah golongan yang kurang “digarap” Partai Golkar untuk meningkatkan keterpilihan Ical. Di antaranya, kalangan pemuda dan kaum pekerja.
Meskipun menyadari elektabilitas Ical belum meningkat secara signifikan, Agung menegaskan, Golkar tak akan menarik dukungan terhadap Ical. Ia optimistis keterpilihan Ical masih bisa terus ditingkatkan sampai tiba masa pemilihan presiden (pilpres) 2014.
Hasil survei tentang elektabilitas kandidat capres terkini dipaparkan Center for Strategic and International Studies (CSIS), Ahad (26/5). Dalam jajak pendapat tersebut, Ical dipilih oleh 7 persen responden.
Jumlah tersebut di bawah keterpilihan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (28,6 persen) di peringkat pertama dan Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto (15,6 persen) di posisi kedua. Dalam survei oleh CSIS pada 2012, keterpilihan Ical sempat mencapai angka 8 persen.
Pencapresan Ical sebagai calon yang diusung Golkar pada pilpres dideklarasikan pada 1 Juli tahun lalu. Keputusan itu menyusul rapat pimpinan nasional khusus (rapimnasus) yang digelar Golkar beberapa hari sebelumnya di Sentul International Convention Center, Bogor.
Sejumlah suara yang tak sepakat di internal Golkar sempat mengemuka kala itu. Meski demikian, seiring waktu, suara-suara terebut berhasil diredam. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung meminta kader Golkar mencermati aneka survei terkait elektabilitas Ical. Hal itu menurutnya penting agar Golkar bisa menangkap respons publik terhadap pencapresan Ical. “Kita harus mencermati. Supaya yang bersangkutan (ARB) bisa terpilih dan menang,” kata Akbar, kemarin.
Akbar mengusulkan pencapresan Ical dievaluasi setahun menjelang pemilihan presiden. Menurut Akbar, evaluasi penting dilakukan agar partai bisa mengambil langkah selanjutnya menuju pemilihan presiden.
Rendahnya elektabilitas Ical tidak lepas dari kerja mesin partai yang belum optimal. Menurut Akbar, soliditas kader memenangkan Ical belum seperti yang diharapkan. Hal itu berbeda dengan elektabilitas partai yang menurut survey masih berada dalam posisi teratas.
Ia juga menekankan, Golkar mesti berani mengevaluasi strategi peningkatan elektabilitas Ical. Dia mencontohkan iklan-iklan terkait Ical di televisi. Menurutnya, partai harus berani menilai objektif apakah iklan Ical berdampak terhadap ketertarikan publik atau tidak. “Kalau dari sisi iklan, tidak ada yang bisa mengimbangi (intensitasnya). Cuma apa itu berdampak?” ujarnya.
Akbar menegaskan, Partai Golkar tidak boleh bersikap kaku dalam pencapresan Ical. Dinamika sosial politik yang terjadi di masyarakat harus bisa ditangkap Golkar. Sebab, pada akhirnya publik yang akan menentukan capres mana yang akan mereka pilih. “Kita tidak ingin capres kita tidak diterima, apalagi malah ditolak,” katanya. n m akbar wijaya/antara ed: fitriyan zamzami
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.