REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR — Maskapai penerbangan Indonesia, Citilink, menargetkan kepemilikan 34 unit pesawat hingga September 2013. Tahun ini, perseroan berharap bisa menjaring 7,8 juta orang penumpang.
Komisaris Independen Garuda Indonesia Peter F Gontha mengatakan, secara keseluruhan Citilink saat ini memiliki 29 unit pesawat. Sebanyak 22 unit di antaranya berjenis Airbus A320. “Dalam empat bulan mendatang kami menargetkan memiliki pesawat sebanyak 34 unit,” ujarnya kepada wartawan saat uji terbang Citilink rute Jakarta-Denpasar, Bali, Senin (27/5).
Chief Executive Officer (CEO) PT Citilink Indonesia Arif Wibowo mengatakan, pesawat yang digunakan Citilink adalah pesawat baru berteknologi canggih dan bukan memakai pesawat lama milik Garuda Indonesia. Rata-rata usia pesawat yang dimiliki Citilink adalah delapan bulan dan menjadi armada termuda yang ada di maskapai penerbangan Indonesia.
Penambahan armada tersebut diperlukan seiring terus meningkatnya jumlah penumpang. Setiap tahunnya, jumlah penumpang tumbuh hingga 21 persen. Selain menambah pesawat, perseroan juga akan memperbaiki sejumlah infrastruktur pendukung sehingga dapat memberikan layanan yang menyeluruh dan maksimal kepada para pengguna Citilink.
Tahun ini, Citilink menargetkan jumlah penumpang bisa tembus 7,8 juta orang. Angka tersebut meningkat dari pencapaian tahun lalu, yakni hanya 3,8 juta orang. Perseroan terutama membidik masyarakat menengah ke bawah yang jarang menggunakan pesawat. Untuk itu, maskapai nasional ini membuka sejumlah rute domestik sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik bepergian dengan pesawat.
Saat ini, maskapai penerbangan dengan kode penerbangan QG itu telah melayani 31 rute domestik di 22 kota tujuan dengan jadwal frekuensi penerbangan sebanyak 136 kali setiap hari. Jumlah frekuensi tersebut meningkat signifikan dari tahun ke tahun.
Dalam waktu dekat, maskapai ini juga bersiap-siap menerbangi rute internasional dengan biaya yang sangat terjangkau. Wakil Presiden Pemasaran dan Komunikasi Aristo Kristandyo menyatakan, perusahaan baru akan masuk rute internasional yang membutuhkan waktu tempuh sekitar satu hingga dua jam pada tahun depan. Seperti, rute penerbangan di beberapa negara Asia Tenggara dan Australia bagian utara.
Meskipun demikian, peningkatan frekuensi terbang dan jumlah penumpang belum signifikan mengangkat kinerja perseroan. Saat ini, Citilink masih menderita kerugian. “Namun, diharapkan dalam satu tahun ke depan kami bisa memperoleh keuntungan,” ujarnya. n rr laeny sulistyawati ed: fitria andayani
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.