REPUBLIKA.CO.ID, Waktu kian mendekati Ramadhan. Ribuan warga Pakistan di luar negeri kini hampir tak mampu menahan kerinduan pada kampung halaman. Mereka siap mengepak pakaian untuk mudik, menyambut dan mengawali puasa di tanah kelahiran. Biasanya mereka mulai berdatangan pada pekan kedua Sya’ban yang tahun ini bertepatan pada Juni.
Namun, ada juga yang telah mudik sebulan sebelum Ramadhan. Salah satunya adalah Rana Naveed. Ia pulang ke Gojra, berjarak 200 km dari Lahore. Ia menuturkan, sebenarnya puasa bisa dilakukan di manapun. “Tapi, gairah Ramadhan di Pakistan lebih jelas terlihat,” ujar Naveed yang bekerja di sebuah pabrik garmen di Manila, Filipina, kepada laman berita On Islam, Rabu (12/6).
Singkat kata, ujar Naveed, suasana Ramadhan hampir tak terlihat dan terasa di Manila. Sedangkan, di Pakistan Ramadhan terasa di mana-mana. “Setiap orang di sekitar Anda makan dan minum. Tak ada azan yang menandakan kapan berbuka,” katanya. Dalam berbagai kasus, hampir tak ada masa untuk duduk dan berbuka puasa.
Ia pun mengisahkan kembali masa kanak-kanaknya. Ia bersama sepupunya bangun pagi-pagi benar dan setiap hari pergi ke pasar untuk mendapatkan yoghurt. Biasanya, toko juga tetap buka hingga Subuh selama Ramadhan. Roza Kushai atau upacara perayaan puasa pertama bagi seorang anak, berbuka bersama dengan teman dan masjid menjadi kenangan lain yang tak dapat Naveed lupakan.
“Saya telah merantau selama 13 tahun di Manila, tetapi daya tarik Ramadhan di Gojra tak ada di Manila. Kita seperti puasa sendirian di sana,” kata Naveed. Menurutnya, Tarawih juga menjadi kendala ketika harus tetap di Manila saat puasa. Tiga tahun lalu, ia dan teman-temannya berupaya menggelar shalat Tarawih berjamaah.
Namun, kegiatan itu tak berjalan lancar. Kebanyakan dari mereka tinggal berjauhan dari lokasi pelaksanaan shalat dan jadwal kerjanya padat.
Selain itu, Nafees Jameel memiliki kenangannya sendiri. Ia mengatakan, berenang pada sore hari di sungai di desanya merupakan daya tarik besar. Kenangan inilah yang membuatnya memilih pulang. Meninggalkan sementara Kota Hayel, Arab Saudi.
Ia bersama teman-temannya sering berenang di sungai pada Ramadhan. Bayangkan saja kenikmatan saat gelombang panas menerpa dan kita tak bisa makan dan minum apa pun, lalu terlihat air sungai dingin mengalir di bawah bayangan pepohohan. “Apakah ada sesuatu yang lebih berharga daripada itu?” tanyanya.
Pemerintah Pakistan mengatakan, terdapat sekitar 6,7 juta warga Pakistan yang merantau ke luar negeri. Jumlah terbesar ada di Arab Saudi yang mencapai 1,7 juta jiwa. Sedangkan, di Inggris dan Uni Emirat Arab masing-masing 1,2 juta orang. Adapun lainnya tersebar di AS, Kanada, Oman, Kuwait, Yunani, Jerman, Prancis, Skotlandia, Denmark, dan Australia. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.