Jumat 14 Jun 2013 08:30 WIB
Pemilu Iran

Iran Menentukan Pilihan

delapan calon presiden Iran yang dijadwalkan akan mengikuti
Foto: AP
delapan calon presiden Iran yang dijadwalkan akan mengikuti "Debat Capres Iran 2013" Jumat 31 Mei 2013 (dari kiri atas, searah putaran jarum jam): Mohammad Gharazi, Mohsen Rezaei, Mohammad Bagher Qalibaf, Gholam Ali Haddad Adel, Hasan Rowhani, Mohammad Rez

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Mata dunia hari ini akan tertuju ke Iran yang menggelar pemilihan presiden mereka ysng ke-11. Pemilihan presiden pada Jumat (14/6) adalah pertama sejak Mahmoud Ahmadinejad terpilih kembali pada 2009. Ahmadinejad tidak bisa mencalonkan kembali karena telah terpilih selama dua periode. Pemilihan dilakukan di tengah sanksi Barat terhadap perekonomian Iran. Sanksi yang membuat meroketnya angka inflasi itu dijatuhkan akibat kebijakan Iran tetap mempertahankan program nuklirnya.

Berdasarkan Kementerian Dalam Negeri, ada sekitar 50,48 juta orang yang memiliki hak pilih. Mereka akan menentukan satu dari enam kandidat presiden. Keenam calon itu, yakni Mohammad Bagher Ghalibaf, Mohammad Gharazi, Saeed Jalili, Mohsen Rezaei, Hassan Rohani, dan Ali Akbar Velayati.

Dua calon yang juga disetujui Dewan Garda untuk mengikuti pemilihan, yakni Reza Aref dan Gholam Ali Haddad-Adel, memilih mengundurkan diri. Media-media Barat memberitakan dari keenam calon hanya satu yang bukan dari kalangan konservatif, yakni Hassan Rowhani. Ada juga yang menyebut Gharazi masuk ke kelompok moderat.

Mantan presiden Mohammad Khatami dan Akbar Hashemi Rafsanjani yang merupakan lawan politik petinggi spiritual Iran Ali Khamenei telah menyatakan dukungannya buat Rowhani. Sementara, Wali Kota Teheran Mohammad Bagher Ghalibaf termasuk paling diunggulkan dari kalangan konservatif. Ketua Negosiator Nuklir Iran Jalili juga memiliki peluang. 

Selama debat kandidat, hampir semua calon sepakat ekonomi negara dalam keadaan suram. Langkah cepat dibutuhkan untuk mendorong perekonomian yang sedang kena sanksi Barat ini. Memburuknya perekonomian terlihat dari angka inflasi yang mencapai 30 persen.

Semuanya juga setuju untuk memperbaiki hubungan Iran dengan dunia luar. Para kandidat pun menegaskan Iran mempunyai hak untuk mengembangkan program nuklir. Meski, memiliki perbedaan pandangan tentang bagaimana cara bernegosiasi dengan Barat.  

Sejumlah media Israel menilai, pemilihan presiden ini tidak akan mengubah kebijakan Iran secara keseluruhan, termasuk keinginan mengembangkan nuklir. Ronen A Cohen, seorang pengamat Iran dan peneliti di Pusat Kajian Timur Tengah di Universitas Ariel, kepada Jerusalem Post mengatakan, pemilihan ini percuma.

Presiden ke depan, kata dia, akan melanjutkan kebijakan yang tak jauh berbeda karena mereka memiliki pemimpin tertinggi yang memegang kekuasaan sesungguhnya. Pemimpin tertinggi yang dimaksud, yakni Ali Khamenei. Kalangan media Barat membicarakan kemungkinan tokoh reformasi atau moderat yang akan memimpin. Tapi, kata dia, mereka tidak mengetahui kondisi sebenarnya. “Presiden hanya juru tulis dan badut dari pemimpin tertinggi,” katanya.

Dalam sistem pemilihan di Iran, jika tidak ada kandidat yang memperoleh 50 persen suara, dua kandidat teratas akan mengikuti putaran kedua. Sebanyak 66 ribu tempat pemungutan suara telah disiapkan. Khamenei berharap, rakyat menggunakan hak pilihnya. Dengan jumlah pemilih yang besar, kata dia, akan membuat musuh Iran frustrasi. n ap/reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement