REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rusdy Nurdiansyah
“Cewek-cewek yang nongkrong di Mal Margo City Depok cantik-cantik ya .... Tapi, sayang, banyak yang 'belog',” ujar Wahyu, seorang pemuda yang kerap berkunjung ke mal di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
'Belog' yang dimaksud Wahyu berasal dari kata 'belok', istilah untuk perempuan yang menyukai sesama jenis. Ada dua ciri 'belog', yaitu perempuan yang berdandan seperti laki-laki dengan rambut pendek dan perempuan yang berdandan sangat modis dan berambut panjang.
Usia mereka berkisar 14-21 tahun, kebanyakan siswi SMA dan ada juga beberapa siswi SMP. Mereka bergerombol dan nongkrong di tempat-tempat makan yang ada di mal, kafe, karaoke, diskotek, dan billiard. “Mereka datang bergerombol, enam hingga 10 orang. Ada yang karaokean, ada yang main billiard, ada juga yang cuma duduk-duduk,'' ujar Ibrahim, petugas keamanan karaoke Venus yang berada di Mal Detos.
Para 'belog' kerap nongkrong di mal setiap hari, mulai pukul 14.00 hingga 22.00 WIB. Setelah mal tutup, mereka pindah ke tempat-tempat karaoke hingga pukul 24.00 WIB. Di Depok, para belog bisa ditemui di Mal Depok, Margocity, ITC, Depok Town Square, Plaza Depok, dan tempat billiard Cannon di Jalan Margonda Raya. Di tempat publik tersebut, perempuan-perempuan muda itu tidak canggung berpelukan dan berciuman, selayaknya kekasih.
Maulana Said, wartawan lokal di Depok, mengatakan, para belog ini juga kerap mendekati siswi SMP dan SMA yang sedang jalan sendirian. Khususnya, mereka yang baru saja diputus oleh pacar atau dikhianati. “Sebaiknya jangan mudah dibujuk rayu oleh para cewek belog,” kata Maulana.
Aksi lain yang dilakukan para belog, yaitu menjajakan diri. Perempuan yang berperan sebagai cewek kerap menjajakan diri ke laki-laki hidung belang. Istilah mereka ngejob. Para belog dengan penampilan cowok berperan sebagai germo yang menawarkan 'pasangannya'.
Menurut Ibrahim, para belog yang berperan sebagai cewek juga mencari laki-laki hidung belang untuk menemani karaoke. Pihak karaoke tidak bisa melarang karena mereka merupakan pengunjung. “Tapi, aktivitas mereka kami pantau jika ada yang berbuat mesum di ruang karaoke akan kami tindak,” kata Ibrahim.
Penghasilan dari ngejob ini digunakan untuk biaya kebutuhan sehari-hari, seperti bayar kosan. Meski berstatus pelajar, kebanyakan para belog ini memilih tinggal bersama pasangannya di tempat-tempat kos yang memang cukup banyak terdapat di Depok.
Sebagian uang lainnya digunakan untuk membiayai gaya hidup mereka, seperti membeli pakaian model terbaru, telepon genggam, make up, dan rambut yang ditata di salon. Bahkan, ada pula yang menggunakan uang untuk membeli narkoba. “Kehidupan mereka sangat hedonis,” kata Maulana.
Seorang belog yang enggan menyebutkan namanya mengaku senang dengan kehidupan yang dijalaninya. Dalam pandangannya, pacaran dengan sesama perempuan lebih aman. “Ke mana-mana berdua bebas, cewek juga lebih setia, pengertian, dan nggak bakal hamil,” katanya.
Dia mengaku menjadi belog karena sakit hati pada laki-laki yang brengsek. “Banyak aturan, tapi banyak maunya. Kalau hamil tidak mau bertanggung jawab. Ini kehidupan gue sekarang, lebih bebas,” katanya.
Pelajar SMA di Depok ini menambahkan, ada ratusan belog di Depok. Para perempuan ini ada yang tergabung dalam Depok Belog Community (DBC). Tidak ada struktur organisasi di komunitas ini. Tapi setiap pekan, anggota DBC berkumpul di tempat makan di mal. Sebulan sekali, anggota belog dari Depok berkumpul dengan komunitas serupa dari kota lain di Taman Barito, Jakarta Selatan.
Pengamat sosial perkotaan dari Lembaga Kajian Lingkungan dan Sosial Depok (LKLSD) Hendra Kurniawan mengatakan, keberadaan komunitas ini merupakan realitas di masyarakat sekarang. Di Depok, kata dia, bahkan sudah menjadi gaya hidup di kalangan pelajar SMP dan SMA. Kondisi ini harus disikapi dengan bijak oleh semua kalangan, terutama pemerintah dan para ulama. “Untuk mencari solusinya,” kata Hendra.
Keberadaan belog bukan hanya terkait percintaan sesama jenis. Banyak perempuan muda yang sebenarnya memiliki orientasi seksual dengan lawan jenis, tapi berubah karena dipengaruhi anggota belog. Ini, sebut Hendra, pernah dialami beberapa siswi SMA di Depok. Dan yang cukup mengagetkan, kelompok cewek belog ini terus berkembang. "Penularannya sudah seperti virus, begitu cepat," papar aktivis lulusan Universitas Indonesia ini. n ed: ratna puspita
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.