REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden baru Iran, Hassan Rowhani, kembali menunjukkan sikap dan pandangannya yang moderat dan progresif. Kali ini, ia berkomentar tentang kebebasan berekspresi, termasuk berekspresi melalui jejaring sosial di dunia maya, seperti Facebook.
Saat berpidato di depan sejumlah ulama di Teheran, Rabu (3/7), tokoh reformis yang memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) Iran pada 14 Juni itu mengatakan, sudah saatnya pemerintah memanfaatkan media sosial, seperti Facebook. Ia pun menyebut Facebook sebagai fenomena yang layak disambut gembira.
Rowhani, yang bakal dilantik sebagai Presiden Iran pada 3 Agustus mendatang, menegaskan bahwa Iran harus berhenti membatasi akses internet. Begitu pun penyensoran internet, tak perlu lagi dilakukan karena merupakan hal yang sia-sia dan hanya akan meningkatkan kecurigaan. “Pemerintah yang kuat tidak mencampuri kehidupan pribadi warganya,” ujarnya.
Sebelum ini, penyensoran internet bukanlah hal asing bagi Iran. Sejak 2009, ketika terjadi demo besar-besaran di jalanan pascaterpilihnya kembali Mahmud Ahmadinejad sebagai presiden, sensor terhadap jaringan dunia maya bernama internet mulai terjadi. Kala itu, Facebook, Twitter, YouTube, serta berbagai situs obrolan dan sosial lain, termasuk ribuan situs asal negara Barat, menjadi sasaran sensor.
Menjelang pilpres bulan lalu, kembali Pemerintah Iran berusaha membendung laju informasi dengan memperlambat akses internet.
Kini, di bawah kepemimpinan Rowhani, hal-hal semacam itu sepertinya tak akan terjadi. Dalam pidatonya di depan para ulama, Rowhani menegaskan keinginannya untuk membentuk masyarakat Iran yang lebih bebas dan terbuka. Para ulama pun, ia minta untuk lebih terbuka dalam menyikapi masalah-masalah yang dihadapi Iran. “Pemerintah harus menempuh jalan ke depan dengan kesabaran, akal sehat, dan sikap yang lebih moderat,” ujar Rowhani yang mengunggah beberapa bagian dari pidatonya ini ke internet melalui akun Twitter miliknya.
Sehari sebelumnya, dalam wawancara dengan majalah anak muda Iran, Chelcheragh, Rowhani juga menyebut-nyebut soal kebebasan berekspresi melalui dunia maya ini. Menurut mantan juru runding nuklir Iran itu, menuangkan ekspresi melalui Facebook sah-sah saja.
Ketika ditanya mengenai penggunaan hijab, tokoh reformis kelahiran 12 November 1948 itu menegaskan, ia menentang tindakan keras terhadap kaum perempuan yang tak mengenakan hijab. “Perempuan tak berhijab bukan berarti tak memiliki keyakinan,” ujarnya. Buktinya, Rowhani melanjutkan, banyak kaum wanita Iran yang tak mematuhi aturan berhijab, namun memiliki keyakinan agama yang baik. n ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.