REPUBLIKA.CO.ID, FUKUSHIMA — Dampak radiasi di fasilitas nuklir Fukushima, Jepang, kian mengkhawatirkan. Peningkatan radiasi dekat tangki yang terkontaminasi air radioaktif telah mencapai 18 kali lipat. Operator Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima, Tokyo Electric Power Co, (Tepco), mengatakan, radiasi dengan kecepatan paparan 1.800 millisievert per jam telah ditemukan di dekat bagian bawah salah satu tangki, Sabtu (31/8). Tingkatan 1.800 millisievert per jam terbilang cukup mematikan karena mampu membunuh orang yang terkena radiasi itu hanya dalam waktu empat jam.
Padahal, pada 22 Agustus, alat pengukur mengungkapkan tingkatan radiasi di tank yang sama baru sebesar 100 millisievert. Millisievert adalah satuan paparan radioaktif yang diterima manusia. Otoritas nuklir setempat menentukan tingkat berbahaya paparan radio aktif dalam benda cair dalam ambang batas 50 millisevert.
Menurut Juru bicara Tepco, tingginya tingkat radiasi tak terlepas dari peralatan baru yang digunakan. Peralatan anyar ini mampu mengukur radiasi hingga 10.000 millisievert. Sementara, yang sebelumnya hanya 100 millisievert.
Pada 20 Agustus, tangki bermasalah itu mengalami kebocoran. Tepco mengungkapkan, 300 ton air radioaktif telah bocor dari salah satu tangki. Di fasilitas nuklir tersebut terdapat ratusan tangki penyimpanan air radioaktif nuklir.
Air terpapar radioaktif tersebut menetes keluar tangki dan membasahi pertanahan sekitar. Kekhawatiran lainnya, air radioaktif itu akan mengalir ke laut lepas yang tak jauh dari lokasi. Sehari setelah bocor, regulator nuklir di Jepang kemudian meningkatkan status keamanan berdasarkan skala radiasi internasional dari Level 1, yakni anomali, menjadi Level 3, yaitu insiden serius. Keputusan Badan Regulator Nuklir Jepang (NRA) menaikkan level setelah menghitung jumlah material radioaktif yang bocor. Menurut NRA, jumlahnya mencapai 24 triliun becquerel.
Menurut juru bicara Tepco, belum ada lagi kebocoran yang ditemukan di tangki tersebut. Namun, kebocoran lain telah dideteksi dari pipa yang menghubungkan dua tangki di dekatnya. Tingkatan paparan radiasi mencapai 230 millisievert. “Kami belum bisa mengonfirmasi lagi tentang kebocoran baru dan tingkatan air dalam tangki tersebut belum berubah,” ujar juru bicara Tepco. “Kami akan menginvestigasi penyebabnya.”
Tepco menambahkan, akan menjamin keselamatan para pekerja di fasilitas nuklir di pinggiran perairan bebas Jepang itu. “Kami berpikir untuk memblokir radiasi dengan mengisolasi paparan dengan peralatan khusus,” kata Tepco dalam penjelasannya.
Fasilitas nuklir Fukushima adalah pembangkit listrik utama Jepang. Fukushima pernah berhenti beroperasi lantaran guncangan hebat akibat tsunami pada 2011. Kebocoran dari tiga reaktor mengontaminasi makanan, udara, dan laut. Tidak kurang dari 160 ribu warga setempat terpaksa mengungsi. Insiden tersebut menjadi kecelakaan nuklir terbesar di dunia setelah Chernobyl, seperempat abad silam.
Reuters mengatakan, Perdana Menteri Shinzo Abe menyetujui penggelontoran dana 3,6 miliar dolar AS untuk menyelamatkan Fukushima dari bahaya nuklir. Abe juga mengatakan agar para pihak tidak menyalahkan Tepco atas insiden tersebut.
Para pengamat telah memperingatkan kemungkinan skala kebocoran lebih besar dari yang dijelaskan oleh Tepco. Pada pekan lalu, Tepco, mengatakan akan mengundang ahli penanganan radiasi luar untuk memberikan nasihat bagaimana mengatasi bocornya air radioaktif dari situs tersebut.
Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida yang mengunjungi Chernobyl di Ukraina meminta Jepang agar belajar dari tragedi kebocoran nuklir di sana. Dengan begitu, peristiwa mematikan ini tidak kembali terulang. n bambang noroyono/reuters ed: teguh firmansyah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.