REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menegaskan tetap menjalankan bisnis media meski telah menjual salah satu saham anak usahanya, TelkomVision, sebesar 80 persen kepada CT Corpora.
“Telkom tetap bermain di media. Posisi sebagai telecommunication, information, media, edutainment, dan services (TIMES) itu tidak berubah,” kata VP Public Relations Telkom Arif Prabowo di Jakarta, Senin (11/11).
Ia mengemukakan, Telkom memiliki banyak unit atau anak usaha yang bermain di media, seperti MelOn, Plasa.com, UseeTV, dan lainnya. Dengan melepas TelkomVision, kata Arif, maka bukan berarti Telkom tidak bisa bermain di media. “Kami masih punya UseeTV yang siap menyambut era konvergensi,” ujarnya.
Arif menerangkan, UseeTV merupakan layanan Internet Protocol TV (IPTV) dengan kekuatan pada TV on Demand atau Video on Demand yang memungkinkan pelanggan dapat menikmati tayangan TV yang telah disiarkan sampai tiga hari sebelumnya. Saat ini, portal useetv.com telah memiliki lebih dari satu juta registered user dan 26 juta page view. Menurut Arif, hal yang harus dipahami dalam bisnis media ke depan itu ada tiga, yaitu connectivity, convergence, dan content.
Di era digitalisasi yang menempatkan konten dapat diakses melalui layar ketiga, seperti smartphone dan tablet, akan berdampak pada cara produksi dan distribusi konten. Hal itu bisa dilihat dari meroketnya nilai bisnis mobile advertisement yang mencapai 40 miliar dolar AS dan dari m-commerce mencapai 235 miliar dolar AS pada 2013 dan akan mencapai 721 miliar dolar AS pada 2017 secara global. “UseeTV ini ada menjawab tantangan tersebut karena ini bisnis media masa depan di Indonesia,” ujar Arif.
CT Corpora melalui anak usahanya, Trans Corpora, berhasil menguasai 80 persen saham TelkomVision pada 8 Oktober 2013 dengan nilai transaksi Rp 926,5 miliar. Konsekuensi dari transaksi itu adalah Telkom hanya menyisakan 20 persen kepemilikan di operator TV berbayar tersebut.
Menurut analis dari Capital International Chapman Taylor, pelepasan saham mayoritas TelkomVision ke CT Corpora merupakan hal yang bijaksana dilakukan Telkom. “Telkom juga sebaiknya secepatnya memroses pelepasan sebagian saham di anak usaha yang bergerak di bisnis menara atau bisa kehilangan momentum,” katanya.
Riset Morgan Stanley pada akhir September 2013 juga menyebutkan, konsolidasi di industri telekomunikasi Indonesia akan menekan bisnis menara dalam jangka pendek karena operator akan memangkas belanja modalnya demi efisiensi.
Anak usaha Telkom di bisnis menara, yaitu Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Telkom telah menunjuk Barclays Capital untuk membantu tender pelepasan sebagian saham anak usaha yang ditaksir memiliki nilai korporasi sebesar Rp 3 triliun itu. n antara ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.