Rabu 12 Feb 2014 18:33 WIB
Indonesia menjadi salah satu pionir yang turut memopulerkan lomba hafalan Alquran dan hadis.

Memasyarakatkan Lomba Hafalan Hadis

Musabaqoh hafalan Alquran dan hadis
Foto: Dok/Republika
Musabaqoh hafalan Alquran dan hadis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lomba hafalan hadis belum sepopuler lomba hafalan Alquran. Hal ini ternyata bukan hanya terjadi di In donesia. Wakil Ketua Panitia Musabaqah Hafalan Alquran dan Ha dis Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su'ud tingkat ASE AN-Pasifik Sobahussurur mengatakan, di beberapa negara Islam, lomba hafalan hadis ternyata juga kurang populer.

Sama seperti di Indonesia, umumnya, negara-negara Islam baru menyelenggarakan lomba hafalan Alquran. Indonesia, kata dia, menjadi salah satu negara pionir yang turut memo - pulerkan lomba hafalan Alqur - an dan hadis dalam satu kom- petisi yang digelar bersama.

"Kita ingin memopulerkan agar hafalan bukan hanya hafal an Alquran, tapi juga ingin memasyarakatkan hafalan hadis," ujarnya, saat ditemui di sela-sela lomba Hafalan Alquran dan Hadis Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su'ud tingkat ASEAN Pasifik di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (11/2).

Pada kompetisi hafalan ha - dis dan Alquran ini, hanya 14 dari 81 peserta yang mengikuti lomba hafalan hadis. Sisanya berpartisipasi dalam lomba ha - falan Alquran untuk kategori 30, 20, dan 10 juz.

Sobahussurur mengatakan, menghafal hadis sama pentingnya dengan menghafalkan Alquran. Dengan mengadakan lom ba hafalan Alquran dan ha - dis bersama-sama, menurutnya, menjadikan masyarakat juga lebih berminat mengikuti lomba hafalan hadis. Di Indonesia, lomba hafalan Alquran dan hadis sudah dise- lenggarakan sebanyak 12 kali.

Khusus lomba yang didanai oleh Yayasan Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su'ud ini, me rupakan kali keenam di tingkat nasional dan kali kelima di tingkat ASEAN-Pasifik. Menurut Sobahussurur, dengan adanya perlombaan hadis, kini mulai banyak pesantren atau lembaga Islam yang juga turut mengadakan lomba hafalan hadis di internal lingkungan pesantren. Kita sudah disuruh berpegang teguh kepada dua hal yang kalau kita berpegang teguh kepadanya tidak akan tersesat, yakni Alquran dan hadis," ujarnya.

Lebih sulit M Aini, salah satu juri hadis dalam kompetisi tersebut, mengatakan, umumnya jumlah pe - serta dalam kompetisi hadis me mang tidak sebanyak peserta lomba hafalan Alquran.

Pengajar di Pondok Pesantren Al-Amin Madura ini menilai tingkat kesulitan lomba hadis relatif lebih tinggi dibandingkan menghafalkan Alquran.Kesulitan yang dialami terutama untuk menghafalkan sanad atau silsilah periwayat hadis. Menghafalkan nama-nama periwayat hadis menjadi satu kesulitan tersendiri. Kadang, dalam satu hadis ada delapan nama periwayat yang harus dihafalkan.

Para peserta akan diberikan satu buku panduan yang sama sebagai pedoman dalam penlaian lomba. Di sisi lain, sumber-sumber periwayatan hadis juga cukup beragam. "Ada delapan tingkatan, bisa jadi maknanya sama, tapi redaksionalnya berbeda," katanya.

Meskipun begitu, pria yang lulus dari Islamic University Al Madinah tahun 1985 ini mengatakan, menjaga hafalan hadis relatif lebih mudah dibandingkan hafalan Alquran.

Pasalnya, menjaga hafalan Alquran harus tepat sesuai teks dan redaksional yang tertulis di dalam kitab suci. Selain itu, mengubah redaksional Alquran secara sengaja hukumnya berdosa.Sedangkan, kata Aini, hafalan hadis sejatinya menghafalkan makna. Artinya, penghafal boleh saja mengubah redaksi dari hadis, asal tidak mengubah makna secara keseluruhan.n dwi murdaningsih ed:khoirul azwar

Informasi dan berita lainnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement