REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Timah Tbk akan membagikan dividen sebesar Rp 184,13 miliar kepada pemerintah. Untuk publik, perusahaan pelat merah ini memberikan dividen tunai sebesar Rp 99,15 miliar.
Sisa dari laba bersih sebesar Rp 231,78 miliar akan disimpan sebagai cadangan. Sepanjang 2013, Timah telah membukukan laba bersih sebesar Rp 515,1 miliar atau tumbuh 19 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kenaikan laba bersih didorong dari dampak kenaikan harga logam timak sejak diberlakukannya perdagangan timah melalui satu pintu, yaitu di Bursa Komoditi Berjangka Indonesia (BKDI)," ujar Direktur Utama Timah Sukrisno, Selasa (25/3). Pemberlakuan Permendag 23/2013 pada 30 Agustus 2013 juga dinilai berdampak positif pada keberlangsungan usaha pertambangan di Indonesia.
Selain itu, aturan ini akan mendongkrak harga timah dunia, mengingat posisi Indonesia sebagai eksportir terbesar. Bahkan, pada 2015 dipercaya Indonesia akan menjadi penentu harga timah dunia. Dengan syarat, semua pelaku usaha mendukung terlaksananya praktek pertambangan yang baik atau good mining practice.
Sementara itu, tingginya permintaan atas beberapa mineral ikutan dari timah atau Logam Tanah Jarang (LTJ) mendorong perseroan untuk fokus memproduksi produk tersebut. Timah akan membangun pabrik pengolahan TLJ di kawasan industri Tanjung Ular.
Sukrisno mengatakan, perseroan menganggarkan dana sebesar Rp 15-20 miliar untuk pembangunan pabrik pengolahan LTJ. Pabrik ini akan menghasilkan LTJ dalam bentuk hidrooksida dan mampu memproduksi 50 kilogram per hari. Pabrik diharapkan mulai berproduksi pada 2015.
Perseroan optimistis produk ini akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi Timah. Harga hidrooksida 10 kali lipat lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk biasa. Rencananya, produk ini akan diekspor ke negara-negara seperti Eropa, Asia Timur, Jepang, dan Korea. LTJ sangat penting sebagai bahan baku pembuatan produk elektronik seperti layar TV, laptop, ponsel, dan lain-lain.
Menteri Badan Usaha Milik Nega a(BUMN) Dahlan Iskan meminta PT Timah untuk mengolah sisa olahan timah berupa rare earth atau tanah jarang. "Logam tanah jarang itu nilainya sangat tinggi. Dunia memburunya untuk keperluan bahan baku barang-barang elektronik. Sekarang PT Timah harus mengolahnya sendiri karena memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa Indonesia," ujarnya.
Rare earth mengandung sejumlah unsur yaitu Lantanum (La), Cerium (Ce), Praseodimium (Pr), dan Neodimium (Nd). Menurutnya, selama ini, PT Timah hanya mengolah timah. Sedangkan sisa olahannya dibuang begitu saja atau dijual kepada pengusahan asing. Dahlan telah meminta perseroan untuk membangun proyek percontohan untuk mengolah bahan tersebut dalam satu tahun ini. n friska yolandha ed: fitria andayani
Informasi dan berita lain selengkapnnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.