Jumat 25 Nov 2016 17:00 WIB

PKB: Setop Ejek Ulama

Red:

JAKARTA -- Pengurus DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Maman Imanul Haq meminta semua pihak berhenti mengejek ulama. Sebab, ulama banyak memberikan kontribusi dalam kehidupan berbangsa.

"Tolong hentikan caci maki kepada kiai, ulama," kata Maman saat bersilaturahim ke kantor Republika, Jakarta, Rabu (24/11). Hal tersebut disampaikan Maman untuk menanggapi fenomena masyarakat yang dengan mudah mengejek ulama hanya karena berbeda pandangan, seperti yang dialami Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus, Buya Syafi'i Maarif, dan Kiai Ma'ruf Amin.

Menurut anggota Komisi VIII DPR itu, ulama tersebut merupakan orang yang memberikan nilai keislaman kepada umat. Mereka selalu memberikan kesejukan kepada umat.

Seperti diketahui, belakangan ini masyarakat mudah mengejek ulama. Gus Mus diejek karena cicitannya di Twitter terkait rencana aksi shalat Jumat di jalan protokol pada 2 Desember nanti. Gus Mus mencicit, jika aksi shalat jumat di jalan protokol nanti terlaksana maka merupakan bid'ah yang sedemikian besar.

Buya Syafi'i Maarif juga pernah diejek masyarakat karena berbeda pandangan terkait dugaan penistaan agama. Buya Syafi'i menilai apa yang diucapkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu bukan penistaan agama. Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin juga diejek akibat foto pernikahannya 2014 lalu tersebar.

Tabayun konstitusi

Maman menjelaskan, pihaknya akan menggelar acara Halaqah Ulama Rakyat dengan tema "Tabayyun Konstitusi". Pertemuan ulama ini digelar untuk menempatkan kembali peran ulama dalam kehidupan bernegara yang selama ini dikesampingkan.

Kegiatan ini rencananya akan digelar pada Senin (28/11). Sebanyak 250 kiai ulama yang memiliki keilmuan di berbagai bidang diundang.

Dia mengatakan, ulama selalu menjaga nilai keislaman tetapi tidak mengesampingkan konstitusi. Hal itu juga masih berlaku dalam kondisi bangsa yang mulai menghangat belakangan ini.

Melalui pertemuan tersebut, pihaknya ingin mengingatkan masyarakat terkait peran ulama dalam kehidupan berbangsa. Sejak awal bangsa Indonesia berdiri hingga saat ini, ulama merupakan rujukan intelektual dalam membangun transformasi dan gerakan perubahan multikultural.

Mereka juga memiliki kepedulian terhadap konsititusi. Hanya saja, hal tersebut tidak disampaikan dengan gamblang. "Mereka tak mau mengutarakan pendapatnya, takut gibah, takut sombong, padahal saat ini kita mau melawan kelompok yang secara serampangan menyosialisasikan berbagai macam hal," ujar Maman.

Wakil Ketua Dewan Syura PKB Andi Muawiyah Ramli mengatakan, acara ini juga untuk membuang stigma ulama sebagai tempat pembuangan semata. Tindak lanjut dari kegiatan ini akan diteruskan ke daerah.

Ia mengatakan, sebagian ulama diam dalam menyikapi persoalan yang tengah hangat karena mereka ingin menjaga kemaslahatan. Mereka diam bukan karena berpihak kepada penguasa atau kelompok tertentu. "Mereka tidak setuju dengan bughot (makar—Red) atau melawan pemerintah yang sah," ujarnya.

Ulama tetap menginginkan pemerintahan yang sah berjalan dengan baik membangun bangsa ini. Mereka tetap menginginkan pemerintah membangun infrastruktur dan sumber daya manusia.

Dia mengatakan, ada sebagian ulama yang geram dengan situasi saat ini. Namun, mereka tidak bertindak brutal. Mereka tetap menghargai konstitusi.      rep: Rahmat Fajar, Fauziah Mursid, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement