Jumat 23 May 2014 13:30 WIB

Dakwah Pencerahan Bangsa

Red:

oleh : Dadang Kahmad

Ketua PP Muhammadiyah--Bangsa Indonesia hingga kini, hampir 70 tahun merdeka, masih dihadapkan pada persoalan sosial mendasar, yaitu rendahnya tingkat kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, Indeks pembangunan Indonesia (IPM) tahun 2012 sebesar 73,29 persen. Tentu saja, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam, yang terkena oleh keadaan tersebut adalah mereka. Akar persoalan yang menjadi penyebab utama semua itu, di samping sebab struktural, hampir di semua bidang kehidupan berbangsa umat Islam menjadi objek, termarginalkan, dan hanya menjadi figuran. Kondisi ini diperparah oleh ukhuwah yang relatif rendah di antara kelompok umat. Terlalu banyak variasi orientasi keberagamaan yang memiliki syir'ah dan minhaj masing masing.

Situasi inilah yang seharusnya menjadi titik pangkal kesadaran seluruh elemen umat untuk duduk bersama, bergandengan tangan, menguatkan ukhuwah Islamiyah dalam agenda kultural-struktural agar umat terbaik yang disebutkan Alquran bukan sekadar sebutan, melainkan menjadi kenyataan. Karena, Allah tak akan mengubah nasib sebuah kaum kecuali mereka mengusahakannya sendiri.

Sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah sangat menyadari tugas tersebut. Karena itu, hingga kini, Muhammadiyah tetap istiqamah, berjuang di jalur kultural, membina umat, dan tidak masuk ke salah satu kelompok politik, menjaga jarak yang sama terhadap mereka, termasuk tidak mendukung salah satu calon presiden-wakil presiden manapun karena semua dianggap sebagai kader terbaik bangsa. Apabila ada kader yang masuk ke ranah politik, Muhammadiyah memberikan panduan agar gerakan politiknya dibingkai dengan nilai Islam sehingga bermanfaat bagi umat. 

Muhammadiyah melalui amal usahanya lebih fokus pada program pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi. Sudah ada puluhan ribu amal usaha dengan aset puluhan triliun yang tersebar di seluruh Indonesia. Meski demikian, kontribusi keumatan harus berbanding lurus dengan peran kebangsaan. Karena sedari awal, Muhammadiyah menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Untuk itulah, tema Tanwir Muhammadiyah di Samarinda, Kalimantan Timur (23-25 Mei 2014), adalah "Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan".

Dakwah merupakan upaya strategis dalam upaya memberikan pencerahan dan pemberdayaan kepada masyarakat sehingga mampu mencapai apa yang disebut umat terbaik. Strategis bermakna jangka panjang, terkelola dengan baik, dan memiliki tujuan jelas, yaitu menjadi umat terbaik.

Amal usaha Muhammadiyah adalah praktik konkret tentang bagaimana seorang Muslim memberdayakan, bermanfaat bagi yang lainnya. Jauh sebelum Indonesia merdeka, pendiri Muhammadiyah telah mempersiapkan fondasi dasar kebangsaan dengan penguatan dari sisi human capital, melalui sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan. Sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan adalah sarana untuk menaikkelaskan warga marginal (mustadl'afîn) menjadi berdaya dan mampu memperbaiki taraf hidupnya lebih sejahtera.

Berlomba dalam kebaikan

Dakwah pencerahan yang melintas batas merupakan perintah Allah. Prinsip dasarnya adalah perintah untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqulkhoirôt). Di dalam Alquran, kata fastabiqulkhoirôt terdapat pada surah al-Baqarah ayat 148 dan al-Maidah ayat 48. Kedua ayat tersebut  mengandung persamaan dalam menceritakan kebinekaan masyarakat sebagai latar belakang dari disebutnya kata tersebut. Dijelaskan bahwa di dunia ini terdapat berbagai macam agama dan keyakinan masyarakat sebagai kehendak Allah dan memberi tuntunan kepada umat Islam untuk berlomba dalam kebaikan.

Dalam surah al-Baqarah ayat 148 dinyatakan: "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (wijhah) sendiri yang ia menghadap kepadanya; maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, niscaya Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."

Terminologi wijhah bagi ahli tafsir memiliki banyak pengertian, di antaranya berarti arah atau kiblat, tujuan, pandangan, dan orientasi. Artinya, setiap umat atau komunitas agama (ahl al-adyân/al-millat) memiliki arah atau kiblat, tujuan, orientasi, dan cara pandang masing-masing yang satu sama lainnya berbeda.

Dalam surah al-Maidah ayat 48 dinyatakan: "Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syir'at) dan jalan yang terang (minhâj). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan."

Kata syir'at dan minhâj yang biasa diterjemahkan sebagai aturan dan jalan yang terang, dapat diartikan juga sebagai praktik keagamaan. Artinya, setiap umat atau komunitas agama (ahl al-adyân/al-millat) memiliki praktik keagamaan masing-masing yang satu sama lainnya berbeda.

Dengan demikian, berdasarkan penafsiran kedua ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap umat atau komunitas agama (religious community) mempunyai arah atau kiblat, tujuan, orientasi, pandangan, serta praktik keagamaan masing-masing, yang berarti menunjukkan pembenaran adanya pluralitas agama. Pembenaran terhadap pluralitas agama tersebut semakin bertambah tegas apabila membaca penggalan surah al-Maidah ayat 48 di atas.

Dakwah adalah menebar manfaat kepada umat seagama dan lintas agama. Dalam konteks kebangsaan, Muhammadiyah ingin berkontribusi nyata dan lebih luas lagi untuk Indonesia berkemajuan yang dicirikan dengan meningkatnya kesejahteraan dan keadilan. Wallâhu'alam.

Dadang Kahmad

Ketua PP Muhammadiyah

sumber : http://pusatdata.republika.co.id/detail.asp?id=737807
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement