Ada yang berbeda dalam layanan jamaah haji Indonesia tahun ini. Sekitar 168 ribu jamaah haji asal Indonesia yang mulai diberangkatan ke Arab Saudi pada 21 Agustus 2015 tersebut akan langsung terbang ke Madinah untuk kelompok terbang (kloter) gelombang pertama.
Hal ini merupakan sesuatu yang baru. Selama ini tidak semua calon jamaah haji bisa mendarat di Bandar Udara Amir Muhammad Madinah. Hanya jamaah haji Indonesia gelombang pertama yang diterbangkan oleh Saudi Airlines yang bisa langsung terbang ke Madinah. Sedangkan, calon jamaah haji yang naik Garuda Indonesia harus mendarat di Jeddah dan setelah itu melanjutkan perjalanan darat menggunakan bus dengan waktu tempuh sekitar empat sampai lima jam ke Madinah.
Dengan adanya perubahan rute ini, sangat menguntungkan jamaah. Seluruh jamaah haji gelombang pertama dapat menghemat tenaga dan tidak akan lelah karena harus menempuh jalur darat sebelum tiba di Madinah. Jamaah yang berusia lanjut terutama yang akan sangat diuntungkan dengan kebijakan ini.
Selain layanan baru yang menguntungkan tersebut, calon jamaah haji gelombang pertama juga akan merasakan dihapusnya Jeddah sebagai tempat transit sebelum menunju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, saat akan kembali ke Tanah Air. Sebelum ini, Pemerintah Indonesia menyediakan hotel transit di Jeddah sebelum menuju bandara untuk mengatur agar jamaah tidak menumpuk di bandara.
Kini, dengan adanya perubahan rute pemulangan tersebut, jamaah haji gelombang pertama dari Makkah akan langsung menuju Bandara King Abdul Aziz. Tidak lagi singgah dulu di hotel transit. Kebijakan baru pemerintah, di satu sisi, memang akan menghemat pengeluaran. Karena, pemerintah tak perlu menyewa hotel di Jeddah untuk melayani jamaah gelombang pertama.
Namun, potensi munculnya masalah di Bandara King Abdul Aziz sangat besar. Sebelum ini, dengan adanya hotel transit saja masalah pemulangan jamaah selalu bermasalah. Tidak jarang jamaah yang sudah tiba di bandara harus kembali ke hotel transit karena jadwal penerbangan yang berubah. Utamanya pada hari pertama sampai tujuh hari pemulangan selepas puncak haji. Memang, untuk jamaah gelombang pertama yang terbang dengan Saudi Airlines tidak menghadapi masalah berarti. Karena, otoritas bandara di Jeddah selalu memperioritaskan maskapai Saudi Airlines sehingga jadwal pemulangan sesuai dengan rencana.
Namun, untuk maskapai lain, termasuk Garuda Indonesia, selalu muncul masalah terkait dengan slot jadwal yang mereka terima biasanya satu hari sebelum jadwal terbang. Hal ini akibat sangat padatnya bandara King Abdul Aziz di awal-awal pemulangan jamaah lepas puncak haji.
Pemerintah mengaku telah mengantisipasi penumpukan jamaah di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, pada pemulangan haji tahun 1436H/2015M. Staf Teknis Haji II Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah Arsyad Hidayat mengatakan, antisipasi dilakukan melalui ketersediaan bus yang mengantar dari Makkah ke Jeddah. Kantor Urusan Haji di Jeddah sudah menyeleksi bus-bus yang akan membawa jamaah haji. Selain itu, waktu tempuh dari Makkah ke Jeddah juga telah diperhitungkan agar jamaah tidak ketinggalan pesawat. Pemerintah sudah membuat aturan bahwa jamaah haji tidak boleh berada lebih dari enam jam di bandara.
Meski demikian, sebaik apa pun persiapan untuk mengantisipasi penumpukan penumpang, pemerintah tetap harus bekerja keras. Di sisi lain, pemerintah juga sudah harus melakukan sosialisasi soal tidak adanya hotel transit berkali-kali dan memberi pengertian tentang potensi kemungkinan jamaah menunggu lama di bandara. Sosialisasi ini harus dilakukan berkali-kali sejak jamaah masih berada di Tanah Air agar mereka siap jika harus menghadapi antrian panjang di bandara karena jadwal terbang yang terlambat.