REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Musibah desak-desakan jamaah haji di Mina yang menimbulkan korban ratusan orang meninggal dunia menyesakkan dada kita. Bencana susul-menyusul dalam musim haji kali ini. Setelah insiden robohnya cranedi Masjidil Haram yang mengakibatkan 100 orang lebih meninggal, hotel penginapan terbakar, lalu ratusan tenda di Arafah roboh diterpa angin.
Tragedi Mina yang terjadi Kamis lalu adalah yang terbesar sejak 25 tahun terakhir. Tak kurang sebanyak 717 jamaah wafat dan 863 lainnya terluka karena terinjak saat dua arus jamaah dari Jalan 204 dan 223 yang menuju Jamarat bertabrakan.
Otoritas Arab Saudi menyebutkan, peristiwa tersebut bermula di Jalan 204 yang bersimpangan dengan Jalan 223. Di jalan tersebut menuju lokasi jumrah, jamaah membeludak. Akibatnya, jalanan padat, desak-desakan, dan terjadi aksi saling dorong itulah yang menyebabkan jatuhnya banyak korban di Jalan 204.
Selain itu, ditambah juga oleh cuaca yang panas serta kondisi fisik jamaah yang mulai lelah karena serangkaian ibadah sebelumnya. Dimulai dari wukuf di Arafah, kemudian perjalanan dari Muzdalifah menuju Mina.
Kasus ini agak janggal. Biasanya, kecelakaan terjadi di seputar Jamarat. Namun, insiden kali ini terjadi jauh dari lokasi pelemparan jumrah itu. Hingga kini penyebab kece lakaan itu masih samar.
Apa yang menyebabkan jumlah jamaah membeludak di lokasi itu? Raja Salman sudah memerintahkan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki lebih dalam penyebab peristiwa Mina itu.
Kita mengimbau Pemerintah Arab Saudi agar bertanggung jawab penuh atas tragedi Mina. Pemerintah Arab Saudi juga perlu lebih sigap mengidentifikasi identitas korban tragedi Mina dan menangani korban yang luka. Sampai saat ini jumlah korban masih belum pasti, termasuk korban dari Indonesia.
Pemerintah Arab Saudi mesti mengusut tuntas mengapa tragedi ini bisa terjadi. Penyelidikan harus dilakukan secara tuntas. Jika perlu, bentuk tim independen yang juga melibatkan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) demi objektivitas penyelidikan.
Kita juga meminta agar Pemerintah Arab Saudi melakukan evaluasi total mengenai penyelenggaraan haji. Seringnya terjadi kecelakaan selama musim haji menunjukkan ada yang kurang sempurna dalam penyelenggaraan haji.
Evaluasi harus dilakukan untuk memperbaiki kelemahan- kelamahan yang ada, juga untuk peningkatan pengelolaan pelayanan haji di tahun-tahun mendatang. Dalam kaitan ini, Pemerintah Arab Saudi hendaknya jangan hanya memberi perhatian pada perbaikan infrastruktur saja. Perbaikan infrastruktur penting, tetapi itu saja tidak cukup. Yang tak kalah pentingnya adalah perbaikan manajemen dalam penyelengga raan ibadah haji. Inilah yang mesti diperbaiki.
Musibah adalah takdir yang telah ditentukan Allah SWT. Namun, manusia punya andil dalam setiap kejadian itu. Setiap musibah adalah peringatan. Pesan untuk memperbaiki diri agar kejadian yang sama tidak berulang di masa mendatang.