Arus mudik pada Lebaran tahun ini sudah dimulai. Kelompok besar pemudik sudah bertolak dari Ibu Kota Jakarta ke berbagai daerah di Indonesia pada Kamis (30/6). Mereka adalah para pemudik gratis yang diberangkatkan oleh 19 lembaga di bawah koordinasi Kementerian BUMN.
Sebanyak 25.650 pemudik gratis tersebut diberangkatkan dari Parkir Timur Senayan Kompleks Gelora Bung Karno dengan 513 bus. Total, dalam satu musim Lebaran, 19 lembaga di bawah naungan Kementerian BUMN itu bakal memberangkatkan 93.334 pemudik ke 77 kota di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Perinciannya, 84.845 orang diberangkatkan dengan menggunakan bus, 60 orang menggunakan kapal laut, 8.369 orang menggunakan kereta, dan 60 orang lainnya menggunakan pesawat udara.
Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada hari ini sampai Ahad (3/7). Lebih dari 20 juta pemudik dengan berbagai moda transportasi bakal menjalani tradisi tahunan khas masyarakat Muslim nusantara ini. Untuk pengguna angkutan umum saja, angkanya diprediksi mencapai 17,6 juta orang. Mereka akan menggunakan angkutan jalan, angkutan penyeberangan, kereta api, angkutan laut, dan angkutan udara. Adapun, jumlah pemudik yang menggunakan kendaraan mobil pribadi ditaksir sebanyak 2,4 juta kendaraan dan jumlah pemudik sepeda motor sebanyak 5,6 juta kendaraan.
Khusus perjalanan darat, dengan jutaan orang tumpah ruah di jalan pada waktu bersamaan, tentu sangat potensial terjadinya stagnasi arus lalu lintas alias macet. Belum lagi, ancaman banjir dan tanah longsor yang sudah mengintai para pemudik tahun ini. Sebagaimana peringatan yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama mudik tahun ini, banjir dan longsor sangat potensial terjadi, utamanya di jalur mudik di Pulau Jawa.
Dengan kondisi demikian, sudah bisa dibayangkan kelelahan bakal menggelayuti para pemudik sejak perjalanan dari kota rantau sampai ke kampung halaman. Keinginan agar cepat-cepat sampai di rumah orang tua, kakek-nenek, atau kerabat di daerah asal tentu menjadi hal yang terus tergambar di kepala. Tak jarang, para pemudik lupa bahwa mereka masih berada pada bulan puasa.
Memang, mereka yang sakit atau sedang melakukan perjalanan mendapatkan keringanan untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Namun, bukan berarti pemudik melupakan ibadah lainnya. Sebagai seorang Muslim, mengejar keutamaan bisa bersilaturahim dengan orang tua dan kerabat di kampung halaman memang baik. Sayangnya, berdasarkan pantauan Islamic Medical Service (IMS), banyak pemudik yang melalaikan beribadah saat melakukan perjalanan mudik.
Dengan kondisi macet dan crowded selama di jalan, tak jarang pemudik melewati waktu shalat lima waktu yang menjadi kewajiban mereka. Berbeda dengan puasa, shalat lima waktu adalah ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan kendati dalam perjalanan. Pemudik bisa tetap melakukan shalat dalam bus, pesawat, kereta api, dan kapal laut selama perjalanan mudik. Bagi pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi dan sepeda motor, hendaknya tetap mengingat kewajiban shalat lima waktu ini dengan menyempatkan mampir ke masjid-masjid yang ada di sepanjang jalan. Selain untuk menunaikan kewajiban, waktu shalat fardhu juga bisa dimanfaatkan untuk meraih kesegaran kembali. Dengan kata lain, para pemudik bisa sekaligus beristirahat selama mampir untuk menjalankan shalat.
Sekali lagi, mudik tentu memiliki makna yang suci bila kita menjalaninya dengan niat yang putih. Karena itu, khidmat mudik jangan sampai dikotori dengan pengabaian terhadap ibadah shalat yang menjadi mediasi rasa syukur kita terhadap segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Apalagi, masa mudik masih berada di dalam Ramadhan yang penuh dengan berbagai keutamaan.
Selamat mudik. Selamat bersilaturahim di kampung halaman. Dan, tetaplah menjaga ibadah.