Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah dari Makkah, setidaknya ada tiga hal prioritas yang dilakukan Nabi. Ketiganya menjadi satu rangkaian yang akan menjadi cikal bakal dari bangunan peradaban Islam.
Pertama adalah mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan anshar. Ada banyak kisah menarik dari cara Rasulullah SAW mempersaudarakan dua pihak yang bersaudara lantaran ikatan keimanan ini. Persaudaraan ini melebur semangat kesukuan dan kekabilahan ke dalam semangat persaudaraan Islam.
Kedua, membangun pasar. Nabi mendirikan pasar di Madinah setelah berhijrah karena pasar yang ada dikuasai oleh kaum Yahudi. Mereka tidak menerapkan konsep Islam dalam berdagang. Nabi sengaja memilih lokasi pasar yang tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat dengan masjid Nabi.
Nilai-nilai yang yang terbawa dari ketaatan ketika beribadah di masjid diharapkan dapat mewarnai aktivitas perdagangan di pasar, yang kala itu memang dikuasai pebisnis Yahudi.
Ketiga adalah mendirikan masjid. Akar kata masjid mengandung makna tunduk dan patuh. Karena itu, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mencerminkan kepatuhan, ketundukan, dan ketakwaan.
Di masjid, Nabi tidak hanya semata menunaikan ibadah shalat, tetapi juga sarana memberdayakan umat, seperti tempat untuk konsultasi masalah ekonomi, pembinaan dan penyebaran dakwah Islam, mendamaikan orang bersengketa, pertemuan para pemimpin Islam, termasuk juga tempat menyusun strategi dan taktik berperang.
Sejatinya, peran inilah yang dilakukan masjid. Namun, pada era modern ini, tidak banyak masjid yang dapat memerankan fungsi tersebut. Masjid masih dipersepsikan hanyalah tempat untuk menunaikan ibadah shalat, lain itu tidak. Padahal, kalau kembali menengok sejarah, begitu besarnya peran masjid dalam membangun peradaban Islam.
Untuk mewujudkan kembali bangkitnya peradaban Islam, cara satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah meramaikan masjid dengan banyak aktivitas keumatan. Dan untuk merealisasikan itu, masjid haruslah dikelola secara profesional.
Tidak hanya dari sisi sarana dan prasarana fisik, tetapi juga dari sisi manajemen masjid. Salah satu manajemen masjid yang harus diperhatikan adalah pengelolaan keuangannya.
Jika seorang jamaah merasa pengelolaan keuangan suatu masjid tidak transparan, sang jamaah sangat mungkin enggan mendonasikan uangnya di masjid tersebut. Karena itu, pengelolaan keuangan masjid yang transparan dan akuntabel adalah keniscayaan.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan dukungan teknologi digital. Pelaporan keuangan masjid secara digital akan menjadikan keuangan masjid bisa diakses banyak pihak. Jamaah atau bukan jamaah bisa mengakses untuk apa saja pengeluarannya.
Dampak selanjutnya, manajemen masjid akan berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Penggunaan dananya pun bisa lebih dipertanggungjawabkan. Publik bisa mengetahui dana masjid digunakan untuk keperluan apa saja sehingga manajemen masjid menyalurkan donasi jamaah secara tepat sasaran.
Jika makin banyak masjid yang mengaplikasikan sistem akuntansi digital ini, semua itu kian memudahkan dalam melakukan konsolidasi keuangan masjid. Andaikan dalam satu wilayah sudah banyak pengguna aplikasi akuntansi masjid, maka akan mudah terpantau berapa total dana sumbangan untuk masjid di wilayah tersebut. Termasuk juga bagaimana penyaluran penggunaannya.
Bila kemudian hari ternyata masih banyak warga di sekitar masjid yang tak mendapatkan manfaat dari donasi jamaah, publik bisa 'menuntut' pengelola masjid perihal penggunaan dananya. Padahal dalam laporan keuangannya, jumlah donasi yang terkumpul tidaklah sedikit, misalkan.
Jika ini yang terjadi, berarti fungsi masjid masih sebatas pengumpul dana, tapi belum bisa berperan dalam memberdayakan masyarakat. Menggelorakan semangat agar pengelolaan keuangan masjid dilakukan transparan dan akuntabel, tentu berdampak positif terhadap citra masjid.
Gerakan untuk mentransparansikan keuangan masjid dapat menjadi awal dalam membangun kembali peradaban umat. Semoga pula langkah kecil ini menjadi titik mula pijakan kebangkitan kembali umat. Mari kita mulai dari pengelolaan masjid yang profesional.