SURABAYA - Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangi kesepakatan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional saat menghadiri haul Bung Karno dan Kiai Hasyim Asy'ari di Pondok Pesantren Babussalam, Malang, Jawa Timur. Jokowi mengatakan, keputusan tersebut dia ambil sebagai wujud penghargaan atas kearifan lokal.
"Santri kan kearifan lokal," ujar calon presiden nomor urut dua tersebut, Ahad (29/6).
Jokowi mengaku, ia tak ragu ketika berjanji menetapkan 1 Muharram sebagai hari santri nasional. Sebab, tanggal tersebut setiap tahunnya sudah ditetapkan sebagai hari libur untuk merayakan tahun baru Hijriyah. "Kalau saya menetapkan di tanggal lain, nanti bisa ada pro kontra," katanya.
Sebenarnya, gagasan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai hari santri nasional diusung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Kiai Haji Thoriq Bin Ziyad. Saat Jokowi datang ke ponpes tersebut untuk menghadiri haul Bung Karno dan KH Hasyim Asy'ari, capres dengan nomor urut dua itu diminta menandatangani perjanjian hari santri nasional.
Kiai Thoriq menilai, capres yang mau memperjuangkan hari santri nasional berarti telah memperjuangkan seluruh santri dan ulama. "Santri adalah budaya yang terus menerus ditransfer dari generasi ke generasi," ucapnya.
Jokowi yang mengenakan peci hitam langsung menyanggupi permintaan tersebut. "Saya menyanggupi permintaan menjadikan tanggal 1 Muharram sebagai hari santri nasional. Itu wajib diperjuangkan," ujarnya.
Ketua Umum PP Gerakan Pemuda (GP) Anshor, Nusron Wahid, menyatakan rencana capres Joko Widodo (Jokowi) menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional harus diapresiasi dan menggembirakan umat Islam, terutama kalangan pondok pesantren. "Langkah ini membuktikan komitmen Jokowi dalam rangka menempatkan pesantren sebagai pilar penting dalam rangka mengimplementasikan revolusi mental berbasis ahlussunnah wal jamaah di Indonesia," ujar Nusron.
Menurutnya, fundamen terpenting dalam revolusi mental adalah bangunan akhlakul karimah atau budi pekerti bangsa Indonesia. Nusron menambahkan, jati diri bangsa Indonesia yang nasionalis dan religius dapat ditanamkan oleh para santri dan guru-guru ngaji di Pondok pesantren.
Selain menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional, kata dia, revolusi mental berbasis ahlussunnah wal jamaah juga harus mampu membangkitkan tradisi mengaji di kalangan anak-anak bangsa Indonesia. "Tradisi mengaji di pesantren, surau, langgar, masjid, dan rumah-rumah pada petang hari semakin hari semakin tergerus oleh modernisasi," kata Nusron.
Hal yang hilang itu, kata Nusrun, disebabkan sikap glamor, kurikulum pendidikan yang memberatkan anak, konsumerisme, dan siaran televisi yang lebih bernuasa hiburan berlebihan.
Tindak lanjut hari santri nasional itu, ungkap Nusron, GP Ansor meminta Jokowi jika terpilih menjadi presiden untuk memperhatikan kesejehteraan dan nasib guru mengaji agar semakin semangat dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah.rep:halimatus sa'diyah/c57 ed: muhammad fakhruddin