Jumat 11 Jul 2014 14:21 WIB
samba 2014

Kerendahan Hati Romero

Red:

SAO PAOLO -- Dua penyelamatan gemilang Sergio Romero dalam drama adu penalti partai semifinal Piala Dunia 2014 antara Argentina melawan Belanda pada Kamis (10/7) dini hari WIB benar-benar melambungkan namanya di jagat sepak bola. Kiper Argentina itu mampu membaca arah bola dengan tepat.

Dia menepis tendangan dua algojo penalti De Oranje, Ron Vlaar dan Wesley Sneijder, untuk mengantar Argentina menuju partai final yang sudah dinanti selama 24 tahun. Siapa pun berhak melontarkan pujian atas aksi kiper berusia 27 tahun itu, tetapi Romero memilih untuk tetap rendah hati dalam menyikapi kesuksesannya.

 

"Adu penalti adalah keberuntungan. Saya percaya pada diri saya sendiri dan untungnya semua berjalan lancar," kata Romero yang terpilih menjadi man of the match, seperti dikutip Reuters.

Rasanya susah untuk memprediksi kiprah Romero sampai sejauh ini jika merujuk pada catatan sebelum Piala Dunia berlangsung. Romero mengantongi jam terbang yang sangat minim kala berlaga di tanah Prancis bersama AS Monaco. Berstatus sebagai pemain pinjaman dari Sampdoria, ia lebih banyak menghangatkan bangku cadangan Monaco dan hanya tampil sembilan kali sepanjang musim 2013/2014.

Namun, kepercayaan pelatih Alejandro Sabella kepada kiper yang lahir di Bernardo de Irigoyen, Argentina, ini terjawab dengan catatan positif. Kebobolan satu gol melawan Bosnia Herzegovina dan dua gol dari Nigeria di kualifikasi Grup F hanyalah noda kecil dari catatan clean sheet Romero sepanjang fase knock-out hingga menuju final Piala Dunia 2014. Bahkan, catatan kebobolan Romero hingga saat ini menjadi yang terbaik dibanding tiga kiper lain penghuni empat besar.

Pemain yang akrab dengan sapaan "Chiquito" atau si Mungil itu memiliki catatan karier yang gemilang di tim nasional Argentina, berbanding terbalik dengan raihannya di klub. Romero sudah menjadi pilihan utama untuk mengawal gawang tim Tango di bawah asuhan Diego Maradona pada 2009.

Sebelumnya, ia sukses membantu Argentina menjadi juara Piala Dunia U-20 pada 2007 serta medali emas Olimpiade 2008 di Beijing bersama rekan mainnya, Lionel Messi. Walhasil, dengan keberhasilan mengantar Argentina ke babak terakhir Piala Dunia 2014, ia tinggal selangkah lagi menuju gelar paling diimpikan semua pesepak bola, yaitu juara dunia.

Romero mengaku begitu bahagia dengan kemenangan ini. Ia merasa segalanya menjadi indah. Kepada rekan-rekannya di Argentina, ia berseru untuk menikmati momen ini. "Kami akan menikmatinya dan besok kami akan mulai bekerja untuk (partai) final," kata Romero.

Romero tak lupa mengucapkan rasa hormatnya untuk kedua pelatih di laga semifinal itu. Sebagaimana diketahui, Romero punya hubungan dekat dengan pelatih Belanda Louis van Gaal ketika masih menukangi AZ Alkmaar. Pada 2007, Romero memulai karier perdananya di tanah Eropa bersama klub liga Belanda itu dan bertemu Van Gaal.

Romero mengungkapkan, sosok Van Gaal sudah membantu dia melewati masa-masa adaptasi yang sulit. Bahkan, ketika Romero kesulitan berkomunikasi dengan bahasa Belanda, pelatih yang seusai Piala Dunia akan melatih Manchester United itu mau berbicara dengan bahasa Spanyol. Seusai pertandingan, Romero pun langsung menuju kamar ganti Belanda untuk mengucapkan terima kasih kepada gurunya itu.

"Sebagaimana saya berterima kasih kepada Alejandro (Sabella), saya juga berterima kasih kepada Van Gaal untuk segala yang sudah ia lakukan kepada saya," kata Romero.

Kehangatan hubungan guru dan murid itu semakin menjadi karena Van Gaal membalas komentar Romero dengan candaan. "Tentu saja, saya yang mengajarkan Romero cara menghentikan penalti. Jadi, itu sangat menyakitkan," kata Van Gaal. rep:c71 ed: abdullah sammy

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement