Sabtu 11 Oct 2014 16:35 WIB

Seleksi Misteri Calon Menteri Jokowi

Red: operator

Pada Oktober 2009, ada sebuah spanduk dipasang di tepi jalan raya menuju kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor. Bunyinya, "Mengabdi untuk Bangsa tak Perlu dengan Jadi Menteri."

Tak jelas betul siapa yang memasang spanduk dengan latar berwarna putih dan tulisan merah itu. Yang jelas, saat itu seleksi menteri untuk Kabinet Bersatu Jilid II yang akan membantu SBY pada periode kedua jabatannya tengah berlangsung di Cikeas.

Tokoh-tokoh nasional yang digadang-gadang jadi menteri hilir mudik dari dan ke dalam kediaman SBY.Masing-masing juga leluasa ditanyai soal peluang menjadi menteri dan untuk posisi menteri apa dipanggil menghadap. Ada tenda hajatan di pelataran kediaman SBY. Nampan prasmanan juga disiapkan dan tak pernah lama dibiarkan kosong.

Keriuhan sejenis absen menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK). Padahal, Jokowi mengatakan, sudah mulai melakukan tes uji kelayakan dan kepatutan terhadap sejumlah calon menteri. Sejauh ini, menurut dia, hasil tes menunjukkan ada kandidat yang layak menduduki kursi menteri dan ada juga yang tidak.

Di mana hajatan uji kelayakan tersebut digelar juga jadi misteri. Saat ditanya mengenai hal tersebut, Jokowi menjawab dengan berkelakar. "(Seleksi) di mana-mana. Ada di Balai Kota (DKI Jakarta), ada di rumah makan, ada di rumah, ada di Solo," ujar Jokowi.

Jokowi menambahkan, setelah proses fit and proper test selesai, ia akan menyerahkan kandidat menteri yang lolos seleksi pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk diselidiki.

Berdasarkan pengamatan Republika, beberapa nama yang disebut-sebut masuk dalam kandidat menteri memang pernah menemui Jokowi di Balai Kota. Di antaranya Direktur Utama Pelindo R J Lino yang disebut-sebut bakal mengisi posisi menteri kelautan dan perikanan, serta Direktur Utama PT KAI Ignatius Jonan, yang santer namanya sebagai calon menteri perhubungan.

Sementara itu, wakil presiden terpilih Jusuf Kalla (JK) masih mempertimbangkan seleksi menteri dilakukan secara terbuka. Alasannya, pihak Jokowi-JK tak mau mengecewakan para kandidat tersebut bila pada akhirnya mereka tak terpilih di kabinet.

"Coba kalau kita seleksi tapi tidak lulus, malunya kayak apa orangkan," kata JK seusai melangsungkan pertemuan tertutup dengan Jokowi di rumah dinas gubernur DKI, Menteng, Jumat (10/10). Ia berpendapat, pejabat negara tak harus  dibanding-bandingkan dan memilih untuk menjaga nama baik calon menteri yang di seleksi.

Menurut JK, mekanisme pemilihan menteri saat ini memang berbeda dengan pola Presiden SBY yang cenderung terbuka. Setiap pemimpin, kata dia, memiliki ciri khasnya masing-masing dalam melakukan rekrutmen.

JK membantah pandangan soal adanya transaksi dengan pihak-pihak tertentu dengan mekanisme seleksi tertutup itu. Ia menegaskan, bersama Jokowi, sangat memperhatikan rekam jejak, kemampuan leadership, dan integritas para calon.

"Ini kan harus begitu. Rekam jejak, leadership-nya, integritas. Setelah itu baru dipanggil orangnya, kalau perlu tengah malam, saat Anda (wartawan) pulang," ujar JK berseloroh. rep: Halimatus Sa'diyah/Andi Mohammad Ikhbal ed: fitriyan zamzami

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement