Selasa 22 Sep 2015 12:00 WIB

Penantang Harus Head to Head

Red:

JAKARTA — Meski memiliki elektabilitas tertinggi, Basuki Tjahaja Purnama bukan tidak bisa dikalahkan dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 mendatang. Ketua Pusat Data Bersatu (PDB) Didik J Rachbini mengungkapkan, gubernur yang akrab disapa Ahok tersebut harus dilawan satu lawan satu alias head to head.

Didik menilai, Ahok berpeluang besar menduduki kursi DKI 1 kalau dalam pilkada serentak 2017 nanti muncul banyak calon. "Kalau calonnya banyak, kemungkinan menang besar, tapi kalau head to head kelemahannya bisa dieksploitasi, itu bisa kalah," kata dia kepada Republika, Senin (21/9).

Jika pada pilkada calon gubernur yang maju lebih dari tiga, Ahok disebut akan dominan. Hanya, peluang bagi lawan bisa muncul untuk memaksa head to head lewat dua putaran. Di Jakarta, kemenangan sebagai gubernur dapat dilegitimasi setelah menang 50 persen plus 1.

Menurut survei PDB, Ahok menjadi nama yang paling populer untuk kembali menjadi gubernur Ibu Kota. Tingkat popularitasnya bahkan mencapai 99 persen. Ahok juga dinilai terkenal sebagai gubernur yang nothing to lose atas kebijakan-kebijakan yang diambilnya.

Dia menilai, Ahok memiliki jaringan "anak muda siber" yang banyak. Ahok pun memperhatikan hal kecil, misalnya, umrah untuk marbot masjid di DKI dan memperhatikan karang taruna. Di sisi lain, Ahok lemah dalam berkomunikasi karena sering berkata kasar. Hal ini dianggap sebagai budaya ekstra luar dari budaya ketimuran sehingga kontraproduktif.

Menurut Didik, calon gubernur yang dapat menyaingi Ahok adalah Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya) dan Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung). Kini muncul nama Sandiaga Uno sebagai calon potensial meski level elektabilitasnya masih rendah.

Pada Ahad (20/9), mantan menteri pemuda dan olahraga Adhyaksa Dault menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai DKI 1. Beberapa nama lain pun sebelumnya disebut berpeluang menjadi penantang Ahok.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjelaskan, partainya belum menyatakan dukungan resmi terhadap siapa pun, baik terhadap calon penantang maupun incumbent. "Nanti kita lihat, yang terbaik untuk Jakarta siapa," ucap Zulkifli Hasan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan, Pilkada DKI Jakarta masih satu setengah tahun, yakni pada gelombang kedua pilkada serentak Februari 2017. Menurutnya, PAN masih punya banyak waktu untuk menilai elektabilitas nama-nama bakal calon. 

PDIP mengaku belum berpikir untuk kembali mengusung Ahok. Ketua Pemenangan Pilkada PDIP Bambang Dwi Hartono mengatakan, saat ini PDIP masih fokus untuk pilkada seretak 9 Desember 2015. Setelah pilkada serentak akhir tahun ini selesai, PDIP baru akan memikirkan pilkada gelombang kedua pada Februari 2017.

"Yang namanya peluang (usung Ahok) itu 0-100 persen, tapi saat ini belum, kita belum apa-apa soal DKI 1," katanya, kemarin. Menurutnya, PDIP akan memikirkan soal pilkada DKI Jakarta di gelombang kedua pada awal 2017.

Meski demikian, Bambang berpesan kepada calon pesaing Ahok untuk mulai mengenalkan diri. Menurutnya, Ahok memiliki tingkat elektabilitas tinggi untuk kembali memimpin DKI. Jika tak muncul sekarang, mereka kalah dari Ahok. Dia pun mafhum kalau Adhyaksa mendeklarasikan diri dengan dukungan organisasi masyarakat. Menurutnya, itu adalah strategi untuk menaikkan popularitas.

Sementara itu, juru bicara TemanAhok, Amalia Ayuningtyas, menargetkan pengumpulan 1 juta KTP bisa terpenuhi pada Agustus 2016. Upaya ini sebagai upaya memuluskan langkah Basuki Tjahaja Purnama di Pilgub DKI Jakarta melalui jalur independen.

"Ya, ini sesuai aturan KPUD Jakarta. Kalau batas pengumpulan KTP dukungan, yakni enam bulan sebelum Februari 2017," ujarnya, kemarin. Dia menyatakan hingga hari ini jumlah KTP yang terkumpul sudah mencapai angka 217.050 yang dicapai dalam waktu sekitar tiga bulan sejak Juni 2015.

n ed: a syalaby ichsan

Calon penantang Ahok

1. Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung)

2. Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya)

3. Adhyaksa Dault (Ketua Kwartir Nasional Pramuka)

4. Sandiaga Uno (Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Pengusaha)

5. Tantowi Yahya (Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi Golkar)

6. Idrus Marham (Sekretaris Jenderal Partai Golkar munas Bali)

7. Azis Syamsudin (Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Golkar)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement