Jumat 06 Nov 2015 17:00 WIB

Mohammad Faisal, Direktur Penelitan CORE: Lonjakan Pengangguran Warning Bagi Pemerintah

Red:

Angka pengangguran dalam kurun setahun bertambah 320 ribu, apakah ini wajar di tengah perlambatan ekonomi?

Sesuai observasi kami di lapangan, memang perlambatan ekonomi menyebabkan banyak industri melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama industri padat karya dan industri kecil menengah. Namun, ini tidak bisa dijadikan alasan.

Peningkatan angka pengangguran menjadi warning bagi pemerintah. Artinya, pemerintah harus bisa menciptakan lapangan kerja. Tentunya, juga menjadi peringatan agar kebijakan selanjutnya jangan sampai berdampak negatif kepada pendapatan masyarakat.

Apa yang harus dilakukan pemerintah agar PHK tidak semakin marak?

Paket kebijakan pemerintah sebenarnya sudah cukup baik untuk membuka lapangan pekerjaan. Hanya saja memang kebanyakan paket kebijakan itu efeknya bersifat jangka panjang seperti memudahkan izin investasi.

Cepat atau lambat, itu pasti bisa membuka lapangan pekerjaan dengan banyaknya investasi yang masuk. Sedangkan yang jangka pendeknya,  menurut saya, yaitu berupa pengurangan harga energi dalam paket kebijakan sebelumnya.

Harga listrik dan BBM diturunkan. Itu harus terus dijaga untuk mengurangi biaya produksi industri-industri padat karya yang memang sangat peka terhadap perubahan harga energi. Harapannya, perusahaan tidak melakukan efisiensi besar-besaran melalui PHK. 

Dari sisi moneter, apakah perlu menurunkan BI Rate?

Memang, hal lain yang perlu dicatat adalah kebijakan yang dilakukan harusnya tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga otoritas moneter harus merespons angka pengangguran ini dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate.

Sampai sekarang, meskipun sudah deflasi dua bulan berturut-turut, ekonomi yang tumbuh tipis, BI belum juga mau menurunkan suku bunga. Kalau tidak dilakukan, kondisi seperti ini bisa berlarut-larut.

Pengangguran paling banyak lulusan SMK, apa penyebabnya?

Ini sudah menjadi fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut saya, ini karena tidak ada suatu kerja sama antara sekolah kejuruan dengan para pelaku industri. Misalnya, sekolah kejuruan melatih kemampuan siswanya sesuai kebutuhan industri.

Siswa sekolah kejuruan seharusnya ketika lulus mereka sudah siap kerja. Selain itu, mungkin juga karena kemampuan industri menyerap tenaga kerja menurun akibat melambatnya perekonomian. Oleh Satria Kartika YUdha ed: Ferry Kisihandi

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement