Senin 15 Feb 2016 13:00 WIB

Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Indef: Fokus Saja Dulu kepada MEA

Red:

Pertemuan pimpinan ASEAN disebut akan dimanfaatkan Amerika untuk melobi negara-negara ASEAN yang belum bergabung ke TPP seperti Indonesia. Bagaimana seharusnya kita bersikap soal TPP?

Pemimpin itu harus tahu hal prioritas dan krusial yang dihadapi oleh bangsanya. Sekarang ini yang paling krusial betul adalah bagaimana masyarakat mendapat pekerjaan. Karena, pemutusan hubungan kerja (PHK) itu nyata adanya, dan ancaman PHK masih akan terus berlanjut, sementara investasi yang masuk tidak banyak yang menciptakan lapangan kerja.

Menurut saya, jangan terlalu jauh dulu membahas mengenai TPP. Pemerintah harus fokus terlebih dahulu ke Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Harus fokus satu-satu dulu. Di ASEAN saja belum tentu kita berjaya, belum mendapatkan banyak keuntungan. Kalau di ASEAN sudah berjaya, barulah kita bisa mempertimbangkan skema kerja sama lainnya. Di ASEAN saja kita masih deg-degan, kok.

Di KTT ASEAN-AS, Jokowi menyebut akan mencoba meningkatkan kerja sama di bidang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Menurut Anda?

Ya kayak apa mau peningkatan kerja samanya. Selama ini memang banyak yang mau melakukan kerja sama dengan Indonesia. Tapi, kan persoalannya ada di dalam negeri. Persoalan itu adalah bagaimana produk UMKM kita punya standar internasional kalau ingin bekerja sama lintas negara. Produk-produknya harus tersertifikasi. Masalahnya, itu kan tidak dilakukan dengan baik oleh pemerintah.

Pemerintah jangan hanya sebatas retorika mau ini mau itu seolah-olah memperhatikan UMKM. Tapi, kebutuhan fundamental UMKM tidak dipenuhi.

Selain masalah kemudahan sertifikasi produk, sampai saat ini, faktanya UMKM masih sulit mendapat akses permodalan meskipun sudah ada program kredit usaha rakyat (KUR). Selain itu juga, UMKM tidak mendapatkan akses informasi memadai. Akses pasar di dalam negeri pun sulit, misalnya untuk masuk ke minimarket yang semua dikonglomerasi oleh pengusaha besar.

Menurut Anda, seberapa pentingkah KTT ASEAN-AS bagi kita?

Kalau menurut saya, KTT ASEAN-AS ini tujuannya tidak jelas. Masalahnya, di level ASEAN saja, harmonisasi mengenai kebijakan-kebijakan dalam menghadapi MEA atau menggalang kekuatan belum ditemukan format terbaiknya.

Ini mau digabungkan lagi dengan di luar kawasan, dengan Amerika. ASEAN kan sekarang baru jalan nih MEA, lalu muncul ASEAN-AS, akan semakin membuat bingung dan tidak fokus.

Saya pun sepakat bahwa forum ini akan dimanfaatkan Amerika untuk melobi negara ASEAN yang belum bergabung dengan TPP. Indonesia misalnya, beberapa waktu lalu kan sudah menyatakan niatnya, tapi belum ada keputusan yang konkret karena Presiden harus segera pulang ke Indonesia dari kunjungannya di Amerika karena ada kasus kabut asap. Jadi, mungkin akan ditegaskan lagi oleh Amerika.

Anda setuju atau tidak kalau Indonesia bergabung dengan TPP?

Sekali lagi, mau TPP berlanjut atau tidak, yang penting Indonesia harus memikirkan betul apakah TPP memang menguntungkan atau tidak bagi Indonesia. Sejauh ini, dengan berbagai macam kelemahan yang kita miliki, kita tidak akan bisa memetik banyak manfaat dari TPP. Lagi pula, Amerika sendiri juga kan belum jelas mengenai TPP karena belum mendapat persetujuan dari kongres. Kalau ke depannya Presiden Amerika berganti, bisa saja kebijakannya tidak berlanjut. rep: Satria Kartika Yudha, ed: Fitriyan Zamzami

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement