Senin 11 Apr 2016 14:00 WIB

Teuku Rezasyah, Pengamat Hubungan Internasional: Gunakan Pendekatan Bawah Tangan

Red:

Mengapa Indonesia tak dilibatkan dalam pembebasan WNI?

Kita tidak dilibatkan karena kasus ini berada di wilayah mereka. Tapi, kita ambil hikmahnya saja sekarang, mereka tahu wilayah, punya komunikasi, tahu pergerakan orang. Menurut saya, seharusnya kita cukup berhati-hati dalam berpendapat.

Bapak Sutiyoso (Kepala BIN) ini, menurut saya, kurang hati-hati, ia mengatakan "berdasarkan intelijen di lapangan". Padahal, seharusnya jangan bilang begitu karena dengan begitu artinya kita punya tim di lapangan, padahal aksi di lapangan itu adalah otoritas Filipina.

Jadi apa yang sebaiknya dilakukan?

Sebaiknya menggunakan jalur-jalur tradisional. Seperti yang dilakukan Pak Jusuf Kalla, ia mengatakan mendapat informasi dari masyarakat. Saya tidak tahu, Pak Kalla sumbernya dari mana. Mungkin dari bekas Kesultanan Sulu.

Sulawesi kan punya jalur-jalur tradisional Kepulauan Sulu, termasuk Sulawesi dan Mindanao Selatan. Ini jalur tradisional bekas Kesultanan Sulu. Mungkin Pak JK mendapat informasi dari sini. JK sudah benar, memang sebaiknya mendapatkan informasi menggunakan opsi kekerabatan. Ya itu mungkin-mungkin saja. Langkah ini tidak salah.

Bagaimana imbas informasi tersebut pada perkembangan kasus?

Jadi, berdasarkan informasi tersebut, sangat berpengaruh pada kondisi pihak Filipina. Meski optimis, Pak JK seharusnya tidak boleh menunjukkan sikap terlalu optimistis, karena ini dibuat setelah tentara Filipina selatan kehilangan tentaranya.

Seharusnya beliau bicara lebih hati-hati, misalnya semoga tawanan dapat dibebaskan dalam waktu segera dengan pertimbangan kemanusiaan. Selain itu, saya mohon dalam kondisi seperti ini para pejabat harus hati-hati bicara karena penyandera sedang naik daun.

Kita menangani penyandera harus secara psikologis, jangan politik dulu. Harus tenang dulu. Harus kita manfaatkan sisi-sisi kemanusiaan mereka. Semua tindakan ini adalah pekerjaan intelijen dan harus dilakukan dengan diam-diam.

Bagaimana soal keputusan Indonesia tidak berikan uang tebusan?

Sudah betul karena kita tidak bisa didikte oleh perompak. Meski begitu, kita tidak bisa menolak kalau pemilik kapal berinisiatif membayar. Memang kita harus menggunakan bahasa diplomatik, tidak menukar nyawa dengan uang, menjunjung tinggi kedaulatan dan tidak menggantinya dengan uang.

Namun, tetap kita tak bisa mengelak, kalau ada yang diam-diam membayar, yang paling bisa jawab ini adalah BIN.

Apakah kita optimistis sandera akan dibebaskan?

Dalam hal ini, kita tidak boleh terlalu optimistis karena semuanya harus dilakukan diam-diam. Semua operasi intelijen seharusnya tidak dibicarakan ke publik. Jangan mengganggu kondisi para perompak dan pihak Filipina.

Sebaiknya menggunakan pendekatan di bawah tangan saja, menggunakan komunitas adat, jangan menyinggung masyarakat Filipina juga tentaranya.

Apakah kondisi di dalam negeri menguntungkan perkembangan pembebasan sandera?

Yang terjadi di Indonesia sudah betul. Kita blow up kondisi keluarga sandera saja. Sisi kemanusiaan ini, harus disampaikan kepada dunia. Semoga sampai juga pada perompak agar sisi kemanusiaan mereka tergerak. Sudah bagus kita blow up masyarakat kita yang berduka. Ini baiknya disampaikan juga di media internasional.

Kira-kira sampai kapan kasus ini bergulir?

Susah diprediksi. Ini tergantung semangat juang para perompak. Mereka mengatakan bisa dalam hitungan minggu, bisa bulan. Ini tidak ada tenggat waktu. Tapi, sebenarnya ini juga keberhasilan kita. Pendekatan kita berarti sudah bagus.

Karena awalnya, kita khawatir tanggal 8 April saat tenggat waktu tebusan berakhir akan ada pembantaian. Tapi, ternyata tidak terjadi hingga saat ini, ini sudah satu kemenangan.

Apakah isu ini akan berimbas pada hubungan Indonesia-Filipina?

Jika ada yang salah, untuk mengobati luka itu perlu waktu lama. Kita biarkan luka sembuh dengan sendirinya secara alamiah. Kita jangan optimistis juga, tapi terus mendekatkan kontak diplomatik. Kita sering-sering lakukan latihan gabungan dengan Filipina di wilayah perbatasan.

Selain itu, juga terus mengembangkan pembangunan di pesisir. Intinya kita tetap mendekatkan diri, jangan sampai isu ini mengganggu hubungan dua negara.  Oleh Lida Puspaningtyas, ed: Ferry Kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement