Rabu 04 May 2016 14:00 WIB

Yogo Tri Hendiarto, Kriminolog Universitas Indonesia: Faktor Pengawasan Lemah Membuka Potensi

Red:

Sebenarnya faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan kasus pembunuhan terjadi dari aspek kriminologi?

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang dibunuh atau terbunuh. Faktor seperti mengapa terbunuh dan apa yang menyebabkan orang membunuh harus didalami. Apakah sebelumnya pernah berinteraksi dan si korban pernah melakukan sesuatu sehingga menimbulkan respons negatif pada pelaku. Atau, faktor relasi intim dan ekonomi juga bisa mengakibatkan terjadinya pembunuhan. Banyak yang bisa diuraikan untuk menjadi faktor-faktor kasus dibunuh dan terbunuhnya seseorang selama ini. 

Lalu bagaimana pendapat Anda terkait kasus Yuyun di Bengkulu?

Faktor pelakunya kan karena sedang mengonsumsi minuman keras (miras) dan sebagainya. Biasanya orang yang mengonsumsi ini, tingkat kesadaran normalnya tidak ada. Mereka jadinya lebih berani dan daya percaya dirinya melonjak tinggi. Intinya, akal sehatnya tidak bisa berjalan normal seperti biasanya.

Pada kasus ini juga perlu dilihat apakah sebelumnya antara pelaku dan korban punya interaksi sebelumnya. Latar belakang keduanya harus diuraikan. Kemudian dipastikan pula adakah relasi yang membuat korban menjadi sasaran.

Berdasarkan informasi, korban berjalan sendiri, apakah itu memungkinkan terjadinya kasus pemerkosaan dan pembunuhan itu?

Ada tiga hal yang perlu dilihat berdasarkan teori segitiga perbuatan kejahatan. Pertama, potential offender atau berpotensi pelaku. Kalau dari kasus ini, para remaja yang bergerombol dan sedang mabuk ini jelas bisa dimasukkan dalam hal pertama ini.

Kemudian potential victim atau berpotensi menjadi korban yang ada pada sosok Yuyun, apalagi si korban katanya berjalan sendirian. Dari aspek ini, jelas si korban lemah karena harus berhadapan dengan 14 pelaku.

Aspek berikutnya adalah kondisi tidak terjaga. Dengan kata lain, tidak ada pihak lain selain Yuyun dan kelompok remaja itu. Tidak ada siapa-siapa berarti tidak ada pengawasan, baik dari masyarakat, polisi, dan sebagainya. Kalau dilihat dari ini, jelas pemerkosaan dan pembunuhan bisa terjadi. Kalau ada pengawasan, tentu tidak akan terjadi.

Mengapa ke-14 remaja secara keseluruhan ini bisa melakukan perbuatan jahat tersebut?

Karena minuman keras itu tadi yang membuat mereka tidak bisa membedakan mana yang baik atau tidak. Apalagi, mereka usianya masih remaja yang berarti mudah terbawa dengan teman-temannya.

Pada umumnya, remaja itu suka sekali mengadopsi hal-hal dari teman sebayanya jika peran keluarga berkurang. Kalau peran keluarga berkurang, mereka pun akan mengambil norma dari teman-temannya. Contohnya, konsep keberanian yang disahkan dalam kelompoknya, maka dengan mudah diikuti oleh mereka.

Saya contohkan seperti merokok. Kalau tidak merokok, nanti mereka bisa dianggap tidak berani di kelompoknya. Oleh karena itu, mereka pun mengadopsi konsep keberanian dari kelompoknya itu. Oleh Wilda Fizriyani  ed: Fitriyan Zamzami

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement