Selasa 15 Nov 2016 16:00 WIB

David Sumual, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk: Politik Dalam Negeri Jangan Berlarut-larut

Red:

IHSG pada perdagangan Senin (14/11) ditutup melemah. Di saat yang sama, secara global ada pengaruh terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat. Sedangkan, secara domestik ada dinamika politik seiring kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Menurut Anda, faktor mana yang lebih dominan mendorong pelemahan IHSG?

Faktor global sih, menurut saya. Artinya, efek Trump masih lebih kuat dibanding faktor domestik, seperti masalah politik di Jakarta soal Ahok ini. Kita lihat regional market juga masih tertekan. Kita lihat isunya masih outflow (keluarnya aliran dana—Red) akibat ekspektasi kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) ke depan dan kenaikan suku bunga the Fed yang kemungkinan bisa lebih cepat karena dorongan fiskal AS. Karena kongresnya dikuasai oleh Republikan sehingga prosesnya bisa lebih cepat programnya untuk dieksekusi. Itu yang ditakutkan oleh pasar.

Jadi dibandingkan Obama, Trump bisa jadi lebih mudah. Tapi, di sisi lain, ya, kalau terkait dengan politik (domestik), selama tidak berlarut-larut, saya pikir dampaknya tidak begitu besar ke sektor finansial, selama masih terlokalisir dan terjadi secara damai biasa. Demonstrasi di negara demokrasi biasa, asalkan enggak berlarut-larut seperti di Hong Kong yang berimplikasi kepada krisis politik dan merembet ke investasi dan keamanan.

Sepekan ke depan ada proyeksi terkait dinamika pasar saham dan nilai tukar rupiah?

Ya, saya pikir isu global masih menjadi faktor penentu. Tergantung nanti keluar data-data AS lagi, sebetulnya; kalau data AS menunjukkan ada perbaikan ekonominya dan firm bahwa the Fed akan menaikkan (suku bunga acuan) pada Desember. Kalau kembali melemah, ya, ini hanya isu sesaat. Spekulasi investor terhadap kebijakan ekonomi Trump bisa dibilang soal Trump ini masih memberikan pengaruh besar. Pasar mencoba melihat apa kebijakan-kebijakan Trump.

Artinya, sekali lagi, kondisi sejak pekan lalu dengan rupiah yang melemah dan hari ini IHSG tertekan, semuanya sedikit terpengaruh dinamika dalam negeri?

Kalau soal domestik, saya pikir tidak banyak memberikan pengaruh karena, kalau kita lihat pergerakannya, lebih karena regional. Memang, kondisinya kita agak relatif besar volatilitasnya karena kepemilikan asing di obligasi pemerintah cukup besar, yaitu 39 persen.

Antisipasi pemerintah harusnya seperti apa?

Saya pikir kalau dari sisi moneter harus dijaga volatilitasnya. Dan kalau dari sisi domestik, kita perlu sosialisasi bahwa kondisi fundamental bagus. Tidak perlu dikhawatirkan.

Defisit transaksi berjalan turun dari 2,2 persen ke 1,8 persen. Sinyal bahwa fundamental ekonomi kita membaik?

Saya pikir fundamental kita cukup baik. Ya, artinya pergerakan yang terjadi belakangan ini hanya temporer saja. Namun, tetap harus ada langkah pemerintah. Mungkin salah satunya perdalam pasar finansial dalam negeri. Karena selama ini banyak yang melakukan hedging di luar, investor hedging banyak di luar sehingga memengaruhi pasar dalam negeri.      Oleh Sapto Andika Candra, ed: Muhammad Iqbal

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement