Jumat 06 Jan 2017 14:00 WIB

Marsekal Muda (Purn) Prayitno Ramelan, Mantan Penasihat Menhan Bidang Intelijen: Australia Jangan Sentuh Ideologi Kita

Red:

Bagaimana tanggapan Anda soal keputusan Panglima TNI memutus kerja sama militer?

Itu suatu tindakan keras pastinya. Tetapi, ini kan tidak memutuskan hubungan secara permanen ya, tapi sementara. Juga, sudah dijelaskan oleh Menhan bahwa ini bukan secara konsep pertahanan Australia keseluruhan. Tapi, menengah ke bawah saja, atau bintang satu ke bawah. Jadi, bisa dikembalikan lagi tentu. Sebelumnya juga kita pernah putuskan kerja sama ini karena sejumlah persoalan, ini menurut saya tidak apa-apa, ini dinamika.

Jadi, langkah Panglima TNI sudah benar menurut Bapak?

Setidaknya supaya Australia sadar, jangan kau sentuh itu ideologi negara kita. Karena, Pancasila itu dasar negara kita, jadi jangan dijelek-jelekkan. Australia harus belajar menghormati ideologi kita.

Pemerintah memastikan pembekuan kerjas ama militer tidak menyeluruh, artinya hanya kerja sama bidang pelatihan bahasa. Bagaimana dampak putusnya kerja sama ini diberlakukan bagi kedua negara?

Kalau dampak kerja samanya nggak terlalu besar, hanya antara hubungan saja. Karena kita kerja sama latihan Australia itu yang lebih untung Australia, bukan kita. Itu buktinya Kopassus kita yang jadi pelatihnya.

Kedua, memang Australia selalu memandang musuh itu akan datang dari utara. Kalau begitu, kalau nggak lewat Indonesia, lewat mana lagi. Artinya, Indonesia berada di suatu posisi yang harus diawasi oleh dia. Itu wajar secara strategi hal yang biasa.

Memang dari apa yang dilakukan Australia juga pernah terbongkar soal penyadapan kepada presiden dan ibu negara. Karena, Indonesia sebagai negara yang dia mau tahu lebih banyak.

Kemudian, konsep pengadaan alutsista Australia juga disesuaikan dengan Indonesia. Pada 2011 contohnya, ada latihan angkatan udara Australia, kita kirimkan Sukoi su-27 dan su-30, ternyata pesawat Hornet Australia tidak berdaya sama sekali.

Menurut para pengamat, sebelum perang bisa ditembak dulu sama Indonesia. Makanya berubah pengadaan alutsistanya, konsep pertahaan udara dari Hornet menjadi F-35 supaya bisa mengimbangi Sukhoi. Mereka takut, secara teknis Sukhoi 35, Hornet habis kemampuannya dari kemampuan, radar, dan sebagainya.

Kemudian beberapa alutsista, membeli kapal angkut tanknya untuk menggalang kekuatan, Australia selalu takut dengan Indonesia. Karena, Indonesia kalau dilihat sejarahnya, dari dulu udah bisa kembangkan kemampuannya, sementara dia belum lama.       Oleh Fauziah Mursid, ed: Fitriyan Zamzami

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement